ID/Prabhupada 0447 - Berhati-hatilah Untuk Tidak Bergaul Dengan Mereka Yang Bukan Penyembah Yang Berkhayal Tentang Tuhan

Revision as of 15:47, 16 January 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0447 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1977 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on SB 7.9.2 -- Mayapur, February 12, 1977

Jadi, jika kita mempelajari sifat-sifat dari Lakṣmī-Nārāyaṇa, maka kita akan berhenti menciptakan kata-kata seperti daridra-nārāyaṇa, atau ini, atau itu. Tidak. Karena itu kita seharusnya tidak pernah mengikuti pāṣaṇḍi ini.

yas tu nārāyaṇaṁ devaṁ
brahmārudrādi-daivataiḥ
samatvena vikṣeta
sa pāṣaṇḍi bhaved dhruvam
(CC Madhya 18.116)

Pāṣaṇḍi berarti iblis, atau mereka yang bukan penyembah. Abhaktā hīna cara. Berhati-hatilah untuk tidak bergaul dengan mereka yang bukan penyembah yang berkhayal tentang Tuhan. Mereka sebenarnya tidak percaya kepada Tuhan. Pāṣaṇḍi ini berarti mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada, tetapi mereka mengatakannya sedemikian rupa bahwa, "Ya, Tuhan itu ada, tetapi Tuhan itu tidak memiliki kepala, tidak memiliki ekor, tidak memiliki mulut, tidak ada apa-apanya." Lalu, jika demikian, Tuhan itu apa? Jadi sebenarnya para bajingan ini mengatakan nirākāra. Nirākāra berarti bahwa Tuhan itu tidak ada. Seharusnya, katakanlah dengan terus terang bahwa Tuhan itu tidak ada. Mengapa kamu mengatakan bahwa, "Ya, Tuhan itu ada, tetapi Beliau tidak memiliki kepala, tidak memiliki ekor, tidak memiliki kaki, tidak memiliki tangan?" Apa maksudnya?

Jadi, inilah suatu jenis penipuan lain. Mereka yang atheis, mereka berkata dengan terus terang bahwa, "Aku tidak percaya kepada Tuhan. Tuhan itu tidak ada .... " Hal seperti itu bisa kita pahami. Tetapi para bajingan ini, mereka berkata, "Tuhan itu ada, tetapi nirākāra." Nirākāra berarti bahwa Tuhan itu tidak ada, namun terkadang kata yang digunakan adalah nirākāra. Tetapi nirākāra itu bukanlah berarti bahwa Tuhan tidak memiliki akāra. Nirākāra itu berarti bahwa bukan akāra yang bersifat material ini.

Iśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇah-sac-cid-ānanda vigrahaḥ. (Bs. 5.1). BadanNya adalah sac-cid-ānanda. Yang sepenuhnya mustahil untuk bisa dilihat di dalam dunia material ini. Badan kita ini tidaklah bersifat sat, badan kita ini bersifat asat. Badan yang aku miliki atau badan yang kamu miliki sekarang ini hanya akan ada selama kehidupan ini saja ..... Dan ketika badan itu berakhir, maka ia akan berakhir untuk selamanya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan badan ini lagi. Karena itu badan itu bersifat asat.

Tetapi badan Kṛṣṇa tidaklah seperti itu. Badan Kṛṣṇa itu selalu sama, sat, selalu sama. Nama lain dari Kṛṣṇa adalah narakṛti. Badan kita ini adalah tiruan dari badan Kṛṣṇa, dan bukannya bahwa badan Kṛṣṇa yang merupakan tiruan dari badan kita. Bukan. Kṛṣṇa memiliki badanNya, yang adalah narakṛti, nara-vapu. Demikianlah badan Kṛṣṇa. Tetapi vapu itu tidak seperti asat ini. Badan kita asat, badan kita itu tidak akan bertahan lama. Tetapi badan Kṛṣṇa itu sac-cid-ānanda. Sedangkan badan kita itu adalah sebaliknya, asat, acit dan nirānanda. Badan kita itu tidak bertahan lama, tidak berpengetahuan, acit, dan tidak dipenuhi kebahagiaan. Kita ini selalu tidak berbahagia.

Jadi, nirākāra berarti bukanlah badan yang seperti ini. Badan Kṛṣṇa berbeda. Ānanda cinmāyā rasa pratibhavitabhis. (Bs. 5.37). Ānanda-cinmāyā. Aṅgāni yasya sakalendriya vṛtti-manti paśyanti pānti kalayanti ciraṁ jaganti. (Bs. 5.32). Aṅgāni milikNya, aṅgāni, bagian-bagian dari badanNya, diuraikan sebagai, sakalendriya-vṛtti-manti. Aku bisa melihat dengan mataku. Mataku ini, fungsi khusus dari mataku, fungsi dari bagian badan ini adalah untuk melihat. Tetapi Kṛṣṇa, sakalendriya-vṛtti-manti - Beliau tidak hanya bisa melihat, tetapi Beliau juga bisa makan dengan mataNya. Itulah yang dimaksudkan. Dengan melihat, kita tidak bisa makan, tetapi apapun yang kita persembahkan, jika Kṛṣṇa melihatnya, maka Beliau juga memakan persembahan itu. Aṅgāni yasya sakalendriya-vṛtti-manti. Jadi, bagaimana kita bisa membandingkan badan Kṛṣṇa dengan badan kita?

Tetapi, avajānanti māṁ mūḍhāḥ. (BG 9.11). Mereka yang adalah para bajingan, mereka berpikir bahwa, "Kṛṣṇa memiliki dua tangan dan dua kaki, karena itu aku juga adalah Kṛṣṇa. Aku juga Kṛṣṇa." Jadi, janganlah menjadi disesatkan oleh para bajingan, para pāṣaṇḍi ini. Ambilah apa yang ada di dalam śāstra, pelajarilah hal itu dari sumber-sumber yang berwenang dan berbahagialah.

Terimakasih banyak.

Para penyembah : Jaya Śrīla Prabhupāda!