ID/Prabhupada 0585 - Seorang Vaiṣṇava Sangat Merasa Tidak Berbahagia Melihat Orang Lain Tidak Berbahagia

Revision as of 05:53, 24 February 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0585 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on BG 2.20 -- Hyderabad, November 25, 1972

Jadi, tidak perlu sangsi atas adanya pemikiran yang menyatakan bahwa di planet matahari tidak terdapat makhluk hidup. Di sana ada makhluk hidup, yang sesuai dengan keadaan di planet tersebut. Kita mempelajari dari Brahma-saṁhitā bahwa, koṭiṣu vasudhādi-vibhūti-bhinnam. Vasudhā. Vasudhā berarti planet. Dan ada planet yang tak terhitung jumlahnya di dalam masing-masing dan setiap alam semesta. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi-koṭiṣv aśeṣa-vasudhādi-vibhūti-bhinnam. (Bs. 5.40). Dunia ini hanya baru merupakan satu alam semesta saja, sementara itu masih ada berjuta-juta alam semesta yang lainnya juga.

Saat Caitanya Mahāprabhu ditanya oleh salah seorang penyembahNya bahwa, "Tuhanku yang baik, Anda telah datang. Mohon bermurah hati mengangkat semua jiwa-jiwa yang terikat ini. Dan jika sekiranya Anda menganggap bahwa mereka sangat berdosa sehingga mereka tidak bisa dibebaskan, maka mohon memindahkan semua dosa-dosa itu kepada hamba. Biarlah hamba yang menderita, dan mohon Anda mengangkat mereka semua." Inilah filsafat Vaiṣṇava . Filsafat Vaiṣṇava artinya adalah para-duḥkha-duḥkhī. Sebenarnya, seorang Vaiṣṇava sangat merasa tidak berbahagia melihat orang lain tidak berbahagia. Secara pribadi, ia tidak memiliki ketidakbahagiaan. Karena ia selalu terhubung dengan Kṛṣṇa, bagaimana mungkin ia bisa menjadi tidak berbahagia? Secara pribadi, ia tidak memiliki ketidakbahagiaan. Namun ia menjadi tidak berbahagia dengan melihat para jiwa terikat yang sedang tidak berbahagia. Para-duḥkha-duḥkhī. Karena itu, Vāsudeva Ghoṣa, ia memohon kepada Tuhan Caitanya Mahāprabhu agar, "Kiranya Anda berkenan untuk menyelamatkan semua jiwa-jiwa terikat yang tidak berbahagia ini. Dan sekiranya Anda menganggap mereka sangat berdosa, sehingga mereka tidak bisa diselamatkan, maka mohon memindahkan semua dosa-dosa dari orang-orang itu kepada hamba. Biarlah hamba saja yang menderita, dan mohon mengangkat mereka."

Jadi, Caitanya Mahāprabhu menjadi sangat puas atas usulannya itu dan Beliau tersenyum. Beliau berkata, "Brahmāṇḍa ini, alam semesta ini, hanyalah bagaikan sebutir biji sawi yang ada di dalam sekarung biji sawi." Pokok permasalahannya adalah bahwa ada begitu banyak alam semesta. Cobalah kamu bandingkan. Kamu mengambil sekarung biji sawi dan kemudian memungut sebutir biji sawi tersebut. Jika dibandingkan dengan seluruh biji sawi yang ada di dalam karung itu, maka seberapa besarkah nilai dari sebutir biji sawi yang kamu ambil tersebut? Begitu pula halnya, alam semesta itu adalah seperti itu. Ada begitu banyak alam semsta. Para ilmuwan modern, mereka berusaha untuk pergi ke planet lain. Bahkan meskipun mereka bisa pergi ke sana, apa yang patut dibanggakan? Ada begitu banyak planet, koṭiṣu vasudhādi-vibhūti-bhinnam. Seseorang tidak bisa pergi menuju begitu banyak planet. Bahkan menurut perhitungan mereka, jika mereka ingin pergi ke planet tertinggi, yang kita sebut sebagai Brahmaloka, maka akan diperlukan waktu selama empatpuluh ribu tahun cahaya.

Jadi, di dalam semua ciptaan Tuhan, segala sesuatunya tidaklah terbatas. Karena hal itu tidak dibatasi oleh perspektif pengetahuan kita. Jadi, ada begitu banyak, alam semesta yang tidak terhitung jumlahnya, planet-plenet yang tidak terhitung jumlahnya dan terdapat juga makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya juga. Dan mereka semua berputar menurut karma mereka masing-masing. Dan kelahiran serta kematian berarti pergantian dari satu badan ke badan lainnya ... Aku membuat sebuah rencana di dalam hidup ini ... Karena setiap orang sedang berada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan.

Jadi, selama kita ada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan .... "Aku brāhmaṇa," "aku kṣatriya," "aku vaiśya," "aku śūdra," "aku orang India," "aku orang Amerika," "aku begini, aku begitu." Ini semua merupakan sebutan-sebutan dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan. Jadi, selama aku ada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan, maka aku berpikir bahwa, "Aku memiliki kewajiban yang harus kulakukan. Sebagai seorang brāhmaṇa, aku harus melakukan ini dan melakukan itu." "Sebagai orang Amerika, aku harus melakukan begitu banyak hal." Selama kesadaran seperti ini terus berlanjut, maka kita akan harus menerima badan lain. Inilah proses alam. Yang terus berlanjut untuk selamanya .....