ID/Prabhupada 0595 - Jika Kamu Menginginkan Keanekaragaman, Maka Kamu Harus Berlindung Pada Suatu Planet: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0595 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...")
 
No edit summary
 
Line 8: Line 8:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0594 - Jiwa Rohani Itu Mustahil Untuk Diukur Oleh Peralatan Material Kita|0594|ID/Prabhupada 0596 - Sang Jiwa Tidak Bisa Dipotong Menjadi Bagian-bagian|0596}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 16: Line 19:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|gr53GN5y6zU|Jika Kamu Menginginkan Keanekaragaman, Maka Kamu Harus Berlindung Pada Suatu Planet<br />- Prabhupāda 0595}}
{{youtube_right|jb03WA9CDEw|Jika Kamu Menginginkan Keanekaragaman, Maka Kamu Harus Berlindung Pada Suatu Planet<br />- Prabhupāda 0595}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK (from English page -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK (from English page -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/721127BG-HYD_clip02.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/721127BG-HYD_clip02.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 28: Line 31:


<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT (from DotSub) -->
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT (from DotSub) -->
Jadi, cahaya Brahman itu hanya merupakan suatu cin-mātra, hanya merupakan suatu keadaan rohani semata, tanpa adanya keanekaragaman rohani. Ia hanya merupakan suatu keadaan rohani, seperti halnya angkasa. Angkasa juga merupakan sesuatu yang material. Tetapi di angkasa tidak ada keanekaragaman. Jika kamu menginginkan keanekaragaman, maka bahkan di dunia material inipun kamu harus berlindung pada suatu planet, entah apakah kamu pergi ke planet bumi ini, atau ke planet bukan, ataupun ke planet matahari. Begitu juga halnya, cahaya Brahman merupakan cahaya gemerlapan dari badan Kṛṣṇa. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Seperti halnya cahaya matahari yang merupakan cahaya gemerlapan dari bola matahari, di mana di dalam planet matahari tersebut ada dewa matahari, maka begitu juga halnya, di dunia spiritual terdapat cahaya Brahman yang tanpa kepribadian, dan di dalam cahaya Brahman itu terdapat planet-planet spiritual. Planet-planet itu disebut sebagai Vaikuṇṭhaloka. Dan planet yang tertinggi di Vaikuṇṭhaloka adalah Kṛṣṇaloka. Jadi, dari badan Kṛṣṇa, muncullah cahaya Brahman. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Segala sesuatunya berada di dalam cahaya Brahman tersebut. Sarvaṁ khalv idaṁ brahma. Di dalam Bhagavad-gītā juga dikatakan, mat-sthāni sarva-bhūtāni nāhaṁ teṣu avasthitaḥ. ([[Vanisource:BG 9.4|BG 9.4]]). Segala sesuatu berada pada cahayaNya, cahaya Brahman.  
Jadi, cahaya Brahman itu hanya merupakan suatu cin-mātra, hanya merupakan suatu keadaan rohani semata, tanpa adanya keanekaragaman rohani. Ia hanya merupakan suatu keadaan rohani, seperti halnya angkasa. Angkasa juga merupakan sesuatu yang material. Tetapi di angkasa tidak ada keanekaragaman. Jika kamu menginginkan keanekaragaman, maka bahkan di dunia material inipun kamu harus berlindung pada suatu planet, entah apakah kamu pergi ke planet bumi ini, atau ke planet bulan, ataupun ke planet matahari. Begitu juga halnya, cahaya Brahman merupakan cahaya gemerlapan dari badan Kṛṣṇa. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Seperti halnya cahaya matahari yang merupakan cahaya gemerlapan dari bola matahari, di mana di dalam planet matahari tersebut ada dewa matahari, maka begitu juga halnya, di dunia spiritual terdapat cahaya Brahman yang tanpa kepribadian, dan di dalam cahaya Brahman itu terdapat planet-planet spiritual. Planet-planet itu disebut sebagai Vaikuṇṭhaloka. Dan planet yang tertinggi di Vaikuṇṭhaloka adalah Kṛṣṇaloka. Jadi, dari badan Kṛṣṇa, muncullah cahaya Brahman. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Segala sesuatunya berada di dalam cahaya Brahman tersebut. Sarvaṁ khalv idaṁ brahma. Di dalam Bhagavad-gītā juga dikatakan, mat-sthāni sarva-bhūtāni nāhaṁ teṣu avasthitaḥ. ([[ID/BG 9.4|BG 9.4]]). Segala sesuatu berada pada cahayaNya, cahaya Brahman.  


Seperti halnya keseluruhan dunia material, dengan planet-planetnya yang tidak terhitung jumlahnya, semuanya itu berada pada cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan cahaya yang tidak berkepribadian dari planet matahari, dan terdapat berjuta-juta planet yang bersandar pada cahaya matahari itu. Segala sesuatunya terjadi karena adanya cahaya matahari. Maka begitu juga halnya, cahaya Brahman muncul, sinar itu muncul, dari badan Kṛṣṇa, dan segala sesuatunya bersandar pada cahaya Brahman tersebut. Sebenarnya, ada jenis-jenis energi yang berbeda-beda. Seperti halnya terdapat bermacam-macam warna cahaya matahari, dengan energinya yang berbeda-beda. Semua itulah yang menciptakan dunia material ini. Seperti yang sudah kita alami sendiri. Ketika matahari tidak terbit di negara-negara Barat, saat salju mulai turun, maka semua daun-daunan di pohon-pohon dengan segera berguguran. Maka saat itu disebut sebagai musim gugur. Yang tersisa hanyalah batang kayu, hanya batang kayu saja. Lalu kembali lagi, saat musim semi tiba, ketika matahari muncul, maka pada saat itu semua pohon-pohon itu menjadi menghijau kembali. Jadi, sebagaimana cahaya matahari sedang bekerja di dunia material, maka sama halnya, cahaya yang berasal dari badan Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan sumber dari segala ciptaan. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Akibat adanya cahaya Brahman, maka muncullah berjuta-juta brahmāṇḍa atau alam semesta.  
Seperti halnya keseluruhan dunia material, dengan planet-planetnya yang tidak terhitung jumlahnya, semuanya itu berada pada cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan cahaya yang tidak berkepribadian dari planet matahari, dan terdapat berjuta-juta planet yang bersandar pada cahaya matahari itu. Segala sesuatunya terjadi karena adanya cahaya matahari. Maka begitu juga halnya, cahaya Brahman muncul, sinar itu muncul, dari badan Kṛṣṇa, dan segala sesuatunya bersandar pada cahaya Brahman tersebut. Sebenarnya, ada jenis-jenis energi yang berbeda-beda. Seperti halnya terdapat bermacam-macam warna cahaya matahari, dengan energinya yang berbeda-beda. Semua itulah yang menciptakan dunia material ini. Seperti yang sudah kita alami sendiri. Ketika matahari tidak terbit di negara-negara Barat, saat salju mulai turun, maka semua daun-daunan di pohon-pohon dengan segera berguguran. Maka saat itu disebut sebagai musim gugur. Yang tersisa hanyalah batang kayu, hanya batang kayu saja. Lalu kembali lagi, saat musim semi tiba, ketika matahari muncul, maka pada saat itu semua pohon-pohon itu menjadi menghijau kembali. Jadi, sebagaimana cahaya matahari sedang bekerja di dunia material, maka sama halnya, cahaya yang berasal dari badan Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan sumber dari segala ciptaan. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Akibat adanya cahaya Brahman, maka muncullah berjuta-juta brahmāṇḍa atau alam semesta.  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 02:15, 26 September 2019



Lecture on BG 2.23 -- Hyderabad, November 27, 1972

Jadi, cahaya Brahman itu hanya merupakan suatu cin-mātra, hanya merupakan suatu keadaan rohani semata, tanpa adanya keanekaragaman rohani. Ia hanya merupakan suatu keadaan rohani, seperti halnya angkasa. Angkasa juga merupakan sesuatu yang material. Tetapi di angkasa tidak ada keanekaragaman. Jika kamu menginginkan keanekaragaman, maka bahkan di dunia material inipun kamu harus berlindung pada suatu planet, entah apakah kamu pergi ke planet bumi ini, atau ke planet bulan, ataupun ke planet matahari. Begitu juga halnya, cahaya Brahman merupakan cahaya gemerlapan dari badan Kṛṣṇa. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Seperti halnya cahaya matahari yang merupakan cahaya gemerlapan dari bola matahari, di mana di dalam planet matahari tersebut ada dewa matahari, maka begitu juga halnya, di dunia spiritual terdapat cahaya Brahman yang tanpa kepribadian, dan di dalam cahaya Brahman itu terdapat planet-planet spiritual. Planet-planet itu disebut sebagai Vaikuṇṭhaloka. Dan planet yang tertinggi di Vaikuṇṭhaloka adalah Kṛṣṇaloka. Jadi, dari badan Kṛṣṇa, muncullah cahaya Brahman. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Segala sesuatunya berada di dalam cahaya Brahman tersebut. Sarvaṁ khalv idaṁ brahma. Di dalam Bhagavad-gītā juga dikatakan, mat-sthāni sarva-bhūtāni nāhaṁ teṣu avasthitaḥ. (BG 9.4). Segala sesuatu berada pada cahayaNya, cahaya Brahman.

Seperti halnya keseluruhan dunia material, dengan planet-planetnya yang tidak terhitung jumlahnya, semuanya itu berada pada cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan cahaya yang tidak berkepribadian dari planet matahari, dan terdapat berjuta-juta planet yang bersandar pada cahaya matahari itu. Segala sesuatunya terjadi karena adanya cahaya matahari. Maka begitu juga halnya, cahaya Brahman muncul, sinar itu muncul, dari badan Kṛṣṇa, dan segala sesuatunya bersandar pada cahaya Brahman tersebut. Sebenarnya, ada jenis-jenis energi yang berbeda-beda. Seperti halnya terdapat bermacam-macam warna cahaya matahari, dengan energinya yang berbeda-beda. Semua itulah yang menciptakan dunia material ini. Seperti yang sudah kita alami sendiri. Ketika matahari tidak terbit di negara-negara Barat, saat salju mulai turun, maka semua daun-daunan di pohon-pohon dengan segera berguguran. Maka saat itu disebut sebagai musim gugur. Yang tersisa hanyalah batang kayu, hanya batang kayu saja. Lalu kembali lagi, saat musim semi tiba, ketika matahari muncul, maka pada saat itu semua pohon-pohon itu menjadi menghijau kembali. Jadi, sebagaimana cahaya matahari sedang bekerja di dunia material, maka sama halnya, cahaya yang berasal dari badan Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan sumber dari segala ciptaan. Yasya prabhā prabhavato jagad-aṇḍa-koṭi. (Bs. 5.40). Akibat adanya cahaya Brahman, maka muncullah berjuta-juta brahmāṇḍa atau alam semesta.