ID/Prabhupada 0621 - Gerakan Kesadaran Kṛṣṇa Kita Mengajarkan Orang-orang Untuk Menjadi Tunduk Kepada Pihak Yang Berwenang

Revision as of 01:56, 10 March 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0621 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1975 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on BG 13.1-2 -- Miami, February 25, 1975

Jadi, gerakan kesadaran Kṛṣṇa kita mengajarkan orang-orang untuk menjadi tunduk kepada pihak yang berwenang. Itulah awal dari pengetahuan. Tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā. (BG 4.34). Jika kamu ingin mempelajari pokok-pokok bahasan yang bersifat rohani, yang melampaui jangkauan dari pemikiran, perasan serta keinginanmu ... Angan-angan pikiran artinya adalah berpikir, merasakan dan berkeinginan, itulah psikologi. Tetapi ada pokok-pokok bahasan yang melampaui pemikiranmu. Jadi, Tuhan atau apapun mengenai Tuhan merupakan sesuatu yang melampaui batas pemikiran serta angan-angan kita. Karenanya, kita harus mempelajari hal itu dengan tunduk hati. Tad viddhi praṇipātena, praṇipāta artinya adalah tunduk hati. Prakṛṣṭa-rūpeṇa nipāta. Nipāta artinya adalah tunduk hati. Tad viddhi praṇipātena paripraśnena. Pertama-tama, carilah seseorang yang kepadanya kamu bisa berserah diri sepenuhnya. Kemudian bertanyalah kepadanya mengenai pokok-pokok bahasan rohani.

Seperti halnya Arjuna yang dengan tegas mengikuti prinsip ini. Pertama-tama ia berserah diri kepada Kṛṣṇa. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam. (BG 2.7), "Kṛṣṇa yang baik, kita berbicara sebagai sahabat, pada kedudukan yang sama. Jadi, Anda akan mengatakan sesuatu dan hamba juga akan mengatakan sesuatu. Dengan demikian, kita hanya akan membuang waktu dan tidak akan ada kesimpulan. Karena itu, hamba berserah diri kepada Anda sebagai seorang murid. Apapun yang akan Anda katakan, hamba akan menerima."

Inilah syarat yang pertama. Pertama-tama carilah orang yang seperti itu, yang kepadanya kamu memiliki keyakinan yang kuat bahwa apapun yang dikatakannya, kamu akan menerimanya. Itulah guru. Jika kamu berpikir bahwa kamu lebih mengetahui dari gurumu, maka hal itu tidak ada gunanya. Pertama-tama, temukanlah orang yang lebih mengetahui dari dirimu. Dan kemudian berserah dirilah kepadanya. Karena itu hukum dan peraturannya adalah bahwa tidak seorpangpun seyogyanya menerima seorang guru secara asal-asalan tanpa melalui pertimbangan, dan tidak seorangpun juga seyogyanya menerima seorang murid secara asal-asalan tanpa melalui pertimbangan. Setidaknya mereka harus saling berinteraksi satu sama lain selama satu tahun, sehingga sang calon murid bisa memahami, "apakah aku bisa menerima orang ini sebagai guruku," dan sang calon guru juga bisa memahami, "apakah orang ini bisa menjadi muridku." Ini adalah petunjuk dari Sanātana Gosvāmī di dalam bukunya yang berjudul Hari-bhakti-vilāsa.

Jadi, di sini Arjuna telah menerima Kṛṣṇa sebagai gurunya. Dan dengan tunduk hati ia berkata bahwa, prakṛtiṁ puruṣaṁ caiva. (BG 13.1). Prakṛti, prakṛti berarti alam, dan puruṣa berarti yang memanfaatkan alam. Seperti halnya di sini di dunia material, khususnya di negara-negara Barat, mereka sangat senang melakukan pengembangan terhadap negara-negara yang belum berkembang. Dan itu artinya adalah suatu upaya pemanfaatan, atau upaya untuk menjadi puruṣa, sang penikmat. Kamu para orang Amerika, kamu datang dari Eropa dan kamu telah mengembangkan seluruh Amerika ini, ada begitu banyak kota-kota yang bagus dan sangat berkembang. Inilah yang dinamakan sebagai upaya pemanfaatan sumber-sumber daya.

Jadi, prakṛti adalah alam, dan kita, para makhluk hidup khususnya umat manusia, kita adalah puruṣa. Tetapi sebenarnya kita bukanlah puruṣa, sang penikmat. Kita ini adalah sang penikmat yang palsu. Kita bukanlah sang penikmat dalam arti bahwa, misalnya kamu semua para orang Amerika. Kamu telah mengembangkan suatu bidang tanah ini, yang dikenal sebagai Amerika, dengan sangat baik. Tetapi kamu tidak bisa menikmatinya. Kamu berpikir bahwa kamu sedang menikmatinya, tetapi sebenarnya kamu tidak bisa menikmatinya. Sesudah beberapa waktu, kamu akan ditendang ke luar, "Pergilah!" Lalu bagaimana kamu bisa menjadi seorang penikmat? Kamu mungkin bisa berpikir bahwa, "Setidaknya selama limapuluh tahun atau seratus tahun aku akan menikmati." Jadi, kamu bisa saja berkata bahwa kamu akan menikmati, tetapi itu hanya namanya saja menikmati. Karena sebenarnya kamu tidak bisa menjadi sang penikmat untuk selamanya. Itu adalah hal yang mustahil.