ID/Prabhupada 0626 - Jika Kamu Ingin Mempelajari Mengenai Hal-hal Yang Nyata, Maka Kamu Harus Mendekati Ācārya

Revision as of 16:52, 11 March 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0626 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on BG 2.13 -- Pittsburgh, September 8, 1972

Jadi, proses mendengar itu sangatlah penting. Karena itu, gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dimaksudkan untuk menyebarkan bahwa, "Mendengarlah dari pihak yang berwenang, Kṛṣṇa." Kṛṣṇa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal itu diterima pada masa kini dan juga pada masa lalu. Di masa lalu, para orang bijak yang agung seperti Nārada, Vyāsa, Asita, Devala, yang merupakan para orang bijak dan sarjana yang setia, mereka semua menerima hal itu. Di dalam Abad Pertengahan, katakan saja sekitar 1.500 tahun yang lalu, semua ācārya seperti Śaṅkarācārya, Rāmānujācārya, Madhvācārya, Nimbārka ... Pada kenyataannya, peradaban Veda di India masih tetap ada melalui kewenangan dari para ācārya ini. Dan hal ini juga disarankan di dalam Bhagavad-gītā, yaitu ācāryopāsanam. (BG 13.8). Jika kamu ingin mempelajari mengenai hal-hal yang nyata, maka kamu harus mendekati ācārya. Ācāryavān puruṣo veda, "Seseorang yang telah menerima ācārya, maka ia memahami segala sesuatu sebagaimana adanya." Ācāryavān puruṣo veda.

Jadi, kita menerima pengetahuan melalui para ācārya. Kṛṣṇa mengatakannya kepada Arjuna, Arjuna mengatakannya kepada Vyāsadeva. Arjuna sebenarnya tidak mengatakan hal itu kepada Vyāsadeva, tetapi Vyāsadeva mendengar hal itu, saat Kṛṣṇa berbicara, dan ia mencatatnya di dalam bukunya, Mahābhārata. Bhagavad-gītā ini bisa ditemukan di dalam Mahābhārata. Jadi, kita menerima kewenangan dari Vyāsa. Dan dari Vyāsa kepada Madhvācārya, dari Madhvācārya kepada begitu banyak garis perguruan di bawahnya hingga sampai kepada Mādhavendra Purī. Kemudian dari Mādhavendra kepada Īśvara Purī, dari Īśvara Purī kepada Tuhan Caitanyadeva, dari Tuhan Caitanyadeva kepada Enam Gosvāmī, dari Enam Gosvāmī kepada Kṛṣṇadāsa Kavirāja, dari dirinya kepada Śrīnivāsa Ācārya, dari dirinya kepada Viśvanātha Cakravartī, lalu dari dirinya kepada Jagannātha dāsa Bābājī, kemudian dari Gaura Kiśora dāsa Bābājī, setelah sebelumnya ia menerimanya dari Bhaktivinoda Ṭhākura, lalu diberikan kepada guru kerohanianku. Hal yang sama, yang sedang kita ajarkan. Itulah gerakan kesadaran Kṛṣṇa. Tidak ada hal yang baru. Hal ini disampaikan secara turun temurun dari pembicara yang asli, yaitu Kṛṣṇa, melalui garis perguruan.

Jadi, kita sedang membaca Bhagavad-gītā ini. Bukanlah berarti bahwa aku telah membuat sejumlah buku dan lalu aku mengajarkan hal itu. Bukan. Aku sedang mengajarkan Bhagavad-gītā. Bhagavad-gītā yang sama sebagaimana hal itu pertama kalinya disabdakan pada empatpuluh juta tahun yang lalu kepada dewa matahari, dan kemudian kembali disabdakan ulang pada lima ribu tahun yang lalu kepada Arjuna. Hal yang sama yang diturunkan melalui garis perguruan dan hal yang sama ini disajikan di hadapanmu. Tidak ada perubahan sama sekali.

Jadi pihak yang berwenang mengatakan,

dehino 'smin yathā dehe
kaumāraṁ yauvanaṁ jarā
tathā dehāntara-prāptir
dhīras tatra na muhyati
(BG 2.13)

Karena itu, aku hanya memohon kepada orang-orang agar kiranya kamu berkenan menerima pengetahuan yang memiliki kewenangan ini, dan kemudian berusaha untuk mencernanya melalui pengetahuanmu. Bukan berarti bahwa kamu lalu menghentikan bantahan serta kecerdasanmu, untuk kemudian menerima sesuatu secara membabi buta. Tidak. Kita adalah manusia dan kita memiliki kecerdasan. Kita bukanlah binatang yang bisa dipaksa untuk menerima sesuatu. Bukan. Tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā. (BG 4.34). Di dalam Bhagavad-gītā kamu akan menemukan hal itu. Berusahalah untuk memahaminya, tad viddhi. Viddhi berarti berusaha untuk memahami. Praṇipāta. Praṇipātena berarti berserah diri, bukan melalui sikap menantang. Seorang murid seharusnya sangat tunduk hati kepada sang guru kerohanian. Jika tidak, maka ia akan, maksudku, menjadi dibingungkan. Karena itu ia harus menerima dengan tunduk hati. Proses kita adalah seperti itu ...

tasmād guruṁ prapadyeta
jijñāsuḥ śreya uttamam
śābde pare ca niṣṇātaṁ
brahmaṇy upaśamāśrayam
(SB 11.3.21)

Inilah petunjuk Veda. Jika kamu ingin mengetahui hal-hal yang melampaui pemikiranmu, melampaui pemahaman indria-indriamu, maka kamu harus mendekati seorang guru kerohanian yang bona fide.