ID/Prabhupada 0686 - Seseorang Tidak Dapat Menangkap Angin Yang Bertiup - Dan Lebih Sulit Lagi Menangkap Pikiran Yang Bergelora

Revision as of 07:01, 6 April 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0686 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1969 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid URL, must be MP3

Lecture on BG 6.30-34 -- Los Angeles, February 19, 1969

Viṣṇujana: (membaca) Śloka tigapuluh empat. "Sebab pikiran selalu gelisah, bergelora, keras kepalan dan sangat kuat, O Kṛṣṇa, dan hamba pikir menaklukkan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin. (BG 6.34)."

Prabhupāda : Ya. Bahkan jika kamu bisa mengendalikan amgin sekalipun ... itu adalah hal yang mustahil, tidak seorangpun yang bisa mengendalikan angin. Tetapi jika bahkan sekalipun secara teoritis bisa diterima bahwa kamu bisa mengendalikan angin, namun tetap saja mengendalikan pikiran itu merupakan hal yang mustahil. Itu sangatlah sulit untuk dilakukan. Pikiran selalu berkelip-kelip dan sangat bergelora. Lanjutkan!

Viṣṇujana : (membaca) Penjelasan. "Pikiran begitu kuat dan keras kepala sehingga kadang-kadang ia menguasai kecerdasan, walaupun seharusnya pikiran takluk pada kecerdasan. Bagi orang di dunia nyata yang harus bertempur menghadapi begitu banyak unsur-unsur yang menentangnya, maka pasti sulit sekali mengendalikan pikiran. Barangkali seseorang dapat menetapkan suatu keseimbangan mental yang tidak wajar terhadap kawan dan musuh, tetapi akhirnya tidak ada orang duniawi yang dapat mengendalikan pikiran, karena mengendalikan pikiran itu lebih sulit daripada mengendalikan angin yang sedang mengamuk.

Di dalam kesusastraan Veda dinyatakan, "Jiwa yang individual adalah penumpang di dalam kereta badan jasmani, dan kecerdasan adalah sang kusir. Pikiran adalah alat untuk mengemudikan, dan indria-indria adalah kuda. Seperti itulah, sang jiwa menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indria-indrianya. Demikianlah pengertian dari para pemikir yang mulia." Seharusnya kecerdasan mengarahkan pikiran. Tetapi pikiran begitu kuat dan keras kepala sehingga kadang-kadang pikiran menguasai kecerdasan seseorang, seperti halnya infeksi yang gawat barangkali bisa melampaui kekuatan sejenis obat. Pikiran yang kuat seperti itu seharusnya dikendalikan dengan latihan yoga, tetapi latihan seperti itu tidak pernah praktis bagi orang duniawi seperti Arjuna. Jadi, apa yang dapat kita katakan tentang manusia modern? Contoh yang digunakan di sini sangat cocok, "Seseorang tidak dapat menangkap angin yang bertiup. Dan lebih sulit lagi menangkap pikiran yang bergelora."

Prabhupāda : Jadi, proses ini, proses berjapa Hare Kṛṣṇa ini, menangkap pikiran dengan segera. Begitu kamu berjapa, "Kṛṣṇa,"dan begitu kemudian kamu mendengarnya, maka dengan sendirinya pikiranmu menjadi mantap di dalam Kṛṣṇa. Ini berarti bahwa sistem yoga ini dengan segera bisa dicapai. Karena seluruh sistem yoga dimaksudkan untuk memusatkan pikiranmu kepada bentuk Viṣṇu.

Dan Kṛṣṇa merupakan kepribadian asli dari perluasan bentuk-bentuk Viṣṇu Kṛṣṇa di sini bisa dianggap seperti sebuah lampu. Sekarang, dari lampu itu, dari lilin itu, kamu bisa mengambil lilin lain dan menyalakannya. Maka akan ada lilin lain, lilin lainnya dan lilin lainnya lagi - ada ribuan lilin yang bisa kamu tambahkan. Setiap lilin tersebut sama bercahayanya seperti lilin yang awal itu. Tidak ada keraguan atas hal tersebut. Namun, orang harus mengganggap bahwa lilin awal itulah yang merupakan lilin yang asli. Begitu juga halnya, Kṛṣṇa memperluas diriNya di dalam berjuta-juta bentuk Viṣṇu. Setiap bentuk Viṣṇu itu sama sempurnanya seperti Kṛṣṇa, tetapi Kṛṣṇalah yang merupakan lilin yang asli, karena dari diriNyalah segala sesuatunya diperluas.

Jadi, seseorang yang entah bagaimana caranya telah memusatkan pikirannya kepada Kṛṣṇa, maka ia telah mencapai kesempurnaan yoga. Inilah intisari dari gerakan kesadaran Kṛṣṇa. Lanjutkan!