ID/Prabhupada 0777 - Semakin Kamu Mengembangkan Kesadaranmu, Maka Semakin Kamu Menjadi Pencinta Kebebasan

Revision as of 03:38, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 2.4.2 -- Los Angeles, June 26, 1972

Virūḍhāṁ mamatām. (SB 2.4.2). Virūḍhām. Seperti ketika kamu memperhatikan pohon-pohon besar ini, yang sudah tegak berdiri selama berpuluh-puluh tahun. Akarnya sudah menancap dengan kuat ke dalam tanah. Kamu sudah melihat dan mengalaminya. Urusan dari pohon ini adalah untuk tetap berdiri tegak selama 10.000 tahun, dengan demikian akar pohon itu menancap ke dalam tanah dengan begitu sangat kuatnya. Inilah yang disebut sebagai virūḍhām, ketertarikan. Andaikan saja ketika kamu manusia yang memiliki indria-indria dan kesadaran yang sudah maju, lalu jika seseorang memintamu untuk berdiri di sini selama satu jam saja, maka akan sangat sulit bagimu untuk bisa melakukan hal itu. Dan bahkan jika kamu dipaksa untuk berdiri selama satu jam saja, maka kamu akan merasa sangat tidak nyaman. Tetapi pohon ini, karena ia tidak memiliki kesadaran yang sudah berkembang, maka ia bisa berdiri tegak di alam terbuka selama 10.000 tahun, dengan mentoleransi berbagai hal seperti panas yang menyengat, hujan yang deras serta salju. Dan akarnya tetap mencengkeram tanah dengan sangat kokohnya.

Itulah perbedaan antara kesadaran yang sudah berkembang dengan kesadaran yang belum berkembang. Sebatang pohon juga memiliki kesadaran. Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan hal itu, pohon-pohon itu memiliki kesadaran. Meskipun kesadaran mereka masih sangat tertutup, bahkan hampir mati. Tetapi sebenarnya, kesadaran mereka tidak mati. Kesadaran mereka tetap ada. Jadi, semakin kamu mengembangkan kesadaranmu, maka semakin kamu menjadi pencinta kebebasan. Sebagaimana halnya di dalam masyarakat manusia, di sana ada perjuangan demi kebebasan. Tetapi di dalam masyarakat binatang, mereka tidak mengenal arti dari kebebasan. Sebenarnya, di dalam masyarakat manusiapun, kita juga tidak mengenal apa yang dimaksud dengan kebebasan. Tetapi bagaimanapun juga, kita masih memiliki kesadaran bahwa kita sedang berjuang demi kebebasan. Sedangkan para binatang itu berjuang untuk makan. Itu saja.

Jadi di sini, Parīkṣit Mahārāja ... Pembebasan atau kemerdekaan ini ... Kesadaran Kṛṣṇa artinya adalah pembebasan dari kemelekatan material ini. Jadi, Parīkṣit Mahārāja sudah menjadi begitu maju ... Karena sejak dari masa kanak-kanaknya, sejak kelahirannya, bahkan sejak ia masih berada di dalam kandungan ibunya, ia sudah sadar akan Kṛṣṇa. Karena itu, begitu ia memahami bahwa, "Kṛṣṇa adalah tujuanku," maka dengan segera, virūḍhāṁ mamatāṁ jahau, dengan segera ia menghentikan semua itu. Jahau berarti "menghentikan." Hal apakah yang dihentikan olehnya? Kerajaannya. Pada masa-masa sebelumnya, para penguasa di Hastināpura, mereka menguasai seluruh dunia, seluruh bumi ini, dan demikian juga halnya dengan Parīkṣit Mahārāja, setidaknya sampai 5.000 tahun yang lalu saat Parīkṣit Mahārāja masih menjadi seorang raja. Ia adalah penguasa seluruh dunia. Jadi, ia menghentikan kekuasaan atas semua itu. Bukan menghentikan kekuasaan atas suatu desa yang kecil atau sesuatu hal yang lain. Bukan. Dan juga, kerajaan yang ditinggalkannya itu sedang dalam keadaan tanpa adanya gangguan apapun. Ia juga adalah seorang yang sungguh sangat perkasa, sehingga tidak seorangpun mampu mengalahkan dirinya.

Rājye ca avikale. (SB 2.4.2). Avikale. Vikala berarti "yang terpecah belah," atau "yang rusak." Tetapi kerajaannya sama sekali tidak terpecah belah ataupun rusak. Justru saat inilah dunia sedang terpecah belah dan rusak. Ada begitu banyak negara, yang masing-masing berdiri sendiri. Itu berarti bahwa dunia ini sudah terpecah belah menjadi banyak bagian-bagian yang kecil. Di masa lalu, tidak ada bagian-bagian pecahan seperti itu. Yang ada hanyalah satu. Satu dunia, satu raja, satu Tuhan, yaitu Kṛṣṇa. Satu kitab suci, Veda. Satu peradaban, varṇāśrama-dharma. Tidak usah jauh-jauh. Mereka memberikan pembuktian mengenai sejarah dari .... Mereka sedang meneliti lapisan-lapisan bumi, namun ketika mereka sedang meneliti lapisan bumi yang berasal dari jutaan tahun yang lampau, mereka menemukan bahwa pada jutaan tahun yang lampau terdapat peradaban yang sempurna. Peradaban yang sempurna, yang sadar akan Tuhan. Peradaban yang penuh kebahagiaan. Dan sekarang semua sudah terpecah belah serta menjadi rusak. Hal seperti itu tidak pernah terjadi di masa lalu.

Jadi, inilah virūḍhāṁ mamatām. Mamatā berarti "Ini adalah milikku." Itu disebut dengan mamatā. Mamatā. Mama berarti "milikku." Kesadaran atas "milikku" dan "aku," kesadaran itu disebut sebagai mamatā. "Aku adalah badan ini, dan segala sesuatu yang terhubung dengan badan ini, semuanya adalah milikku. Istriku, anak-anakku, rumahku, rekening bank milikku, masyarakatku, perkumpulanku, bangsaku, negaraku - milikku." Inilah yang disebut dengan mamatā. Jadi, bagaimana mamatā atau kesadaran akan "milikku" ini bisa tumbuh dan berkembang? Ada sebuah mesin, yang digerakkan oleh māyā, sang energi yang mengkhayalkan. Dan awalnya, apakah itu? Itu adalah ketertarikan. Seorang pria tertarik kepada seorang wanita dan seorang wanita tertarik kepada seorang pria. Itulah prinsip dasarnya.

Di sini, di dunia material ini, tidak ada ketertarikan kepada Tuhan. Tetapi ada suatu ketertarikan lain. Ketertarikan lain itu secara keseluruhan adalah ketertarikan seks. Itu saja. Di seluruh dunia, bukan hanya di dalam masyarakat manusia, tetapi juga di dalam masyarakat hewan, burung, binatang buas, di dalam masyarakat apapun, yang meliputi semua makhluk hidup, terdapat ketertarikan seks. Puṁsaḥ striyā mithunī-bhāvam etam. (SB 5.5.8). Ketertarikan yang ada di sini, yang merupakan pusat dari segala ketertarikan, adalah seks. Jadi, pada para pemuda dan pemudi yang masih berusia muda, terjadi peningkatan dorongan seksual, dan timbullah keinginan untuk saling berhubungan. Seorang wanita menginginkan seorang pria dan begitu juga sebaliknya. Inilah yang disebut dengan ketertarikan. Inilah prinsip dasar dari terikatnya sang jiwa terikat di dalam kehidupan yang penuh dengan penderitaan dari berulangnya kelahiran dan kematian. Inilah ketertarikan itu.