ID/Prabhupada 0807 - Brahmāstra Dibuat Dari Susunan Mantra, Yang Merupakan Suatu Cara Yang Bersifat Halus: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0807 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1976 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 9: Line 9:
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0806 - Ikuti Saja Kṛṣṇa Serta Para WakilNya, Maka Kamu Akan Menjadi Mahājana|0806|ID/Prabhupada 1057 - Bhagavad-gītā Juga Dikenal Sebagai Gītopaniṣad, Intisari Dari Segala Pengetahuan Veda|1057}}
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0806 - Ikuti Saja Kṛṣṇa Serta Para WakilNya, Maka Kamu Akan Menjadi Mahājana|0806|ID/Prabhupada 0808 - Kita Tidak Bisa Menipu Kṛṣṇa|0808}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 20: Line 19:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|cR6OnrGr_po|Brahmāstra Dibuat Dari Susunan Mantra, Yang Merupakan Suatu Cara Yang Bersifat Halus<br/>- Prabhupāda 0807}}
{{youtube_right|yod6m9V-7vc|Brahmāstra Dibuat Dari Susunan Mantra, Yang Merupakan Suatu Cara Yang Bersifat Halus<br/>- Prabhupāda 0807}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


Line 36: Line 35:
Pikiran, kecerdasan dan dan ego atau keakuan. Gambaran mengenai diriku, identitasku, "aku", gambaran itu ada. Itulah ego atau keakuan. Begitu juga kecerdasan serta pikiranku, kamu tidak bisa melihatnya, demikian pula aku tidak bisa melihatnya. Karena itu, bagaimana cara pikiran, kecerdasan dan identitas pribadi, atau sang ego, membawa sang jiwa menuju badan lainnya, mereka tidak melihat itu semua. Mereka tidak bisa melihatnya. Mereka hanya melihat bahwa badan kasar menjadi diam, dan segala sesuatunya menjadi berhenti. Lalu badan kasar itu terbakar menjadi abu, dan karena itu mereka lalu berpikir bahwa segala sesuatunya sudah selesai. Bhasmī-bhūtasya dehasya kutaḥ punar āgamano bhaved. (Cārvāka Muni).  
Pikiran, kecerdasan dan dan ego atau keakuan. Gambaran mengenai diriku, identitasku, "aku", gambaran itu ada. Itulah ego atau keakuan. Begitu juga kecerdasan serta pikiranku, kamu tidak bisa melihatnya, demikian pula aku tidak bisa melihatnya. Karena itu, bagaimana cara pikiran, kecerdasan dan identitas pribadi, atau sang ego, membawa sang jiwa menuju badan lainnya, mereka tidak melihat itu semua. Mereka tidak bisa melihatnya. Mereka hanya melihat bahwa badan kasar menjadi diam, dan segala sesuatunya menjadi berhenti. Lalu badan kasar itu terbakar menjadi abu, dan karena itu mereka lalu berpikir bahwa segala sesuatunya sudah selesai. Bhasmī-bhūtasya dehasya kutaḥ punar āgamano bhaved. (Cārvāka Muni).  


Kaum atheis berpikir seperti itu. Dengan hanya memiliki sangat sedikit pengetahuan, mereka lalu berpikir bahwa, "Aku melihat bahwa badan itu sudah terbakar menjadi abu. Lalu di manakah sang jiwa?" Karenanya, "Sang jiwa itu tidak ada, Tuhan juga tidak ada, semuanya itu hanyalah khayalan belaka." Tetapi kenyatannya tidaklah seperti itu, kebenarannya bukanlah seperti itu. Kenyataannya adalah bahwa badan kasar sudah selesai, tetapi badan halus masih tetap ada. Mano buddhir ahaṅkāraḥ. Bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ khaṁ mano buddhir eva ca. ([[Vanisource:BG 7.4|BG 7.4]]). Apareyam itas tu viddhi me prakṛtiṁ parām. ([[Vanisource:BG 7.5|BG 7.5]]). Jadi, semuanya merupakan aksi serta reaksi dari hal-hal yang bersifat halus, materi yang bersifat halus ... Pikiran adalah juga materi, tetapi itu merupakan materi yang bersifat halus, sangat halus. Seperti halnya angkasa, ether. Ether juga merupakan materi, yang  bersifat halus. Yang lebih halus dari ether adalah pikiran, dan yang lebih halus dari pikiran adalah kecerdasan. Dan yang lebih halus dari kecerdasan adalah keakuanku, egoku, "Aku," gambaran mengenai diriku.  
Kaum atheis berpikir seperti itu. Dengan hanya memiliki sangat sedikit pengetahuan, mereka lalu berpikir bahwa, "Aku melihat bahwa badan itu sudah terbakar menjadi abu. Lalu di manakah sang jiwa?" Karenanya, "Sang jiwa itu tidak ada, Tuhan juga tidak ada, semuanya itu hanyalah khayalan belaka." Tetapi kenyatannya tidaklah seperti itu, kebenarannya bukanlah seperti itu. Kenyataannya adalah bahwa badan kasar sudah selesai, tetapi badan halus masih tetap ada. Mano buddhir ahaṅkāraḥ. Bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ khaṁ mano buddhir eva ca. ([[ID/BG 7.4|BG 7.4]]). Apareyam itas tu viddhi me prakṛtiṁ parām. ([[ID/BG 7.5|BG 7.5]]). Jadi, semuanya merupakan aksi serta reaksi dari hal-hal yang bersifat halus, materi yang bersifat halus ... Pikiran adalah juga materi, tetapi itu merupakan materi yang bersifat halus, sangat halus. Seperti halnya angkasa, ether. Ether juga merupakan materi, yang  bersifat halus. Yang lebih halus dari ether adalah pikiran, dan yang lebih halus dari pikiran adalah kecerdasan. Dan yang lebih halus dari kecerdasan adalah keakuanku, egoku, "Aku," gambaran mengenai diriku.  


Jadi, mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Karena itu .... Mereka bisa membuat senjata atau bom dengan menggunakan bahan-bahan yang bersifat kasar. Bhūmir āpo 'nalo - itu adalah bahan-bahan kimia yang bersifat kasar. Namun brahmāstra ini tidaklah bersifat kasar. Ia merupakan suatu material juga, namun ia tersusun dari hal-hal yang sifatnya halus seperti pikiran, kecerdasan dan ego. Karena itu Arjuna bertanya kepada Kṛṣṇa, "Hamba tidak mengetahui dari manakah keadaan seperti ini berasal, dari manakah suhu udara yang sangat panas ini berasal." Dinyatakan di sini bahwa, tejaḥ parama-dāruṇam. ([[Vanisource:SB 1.7.26|SB 1.7.26]]). Suhu udara menjadi begitu panas dan panasnya sangatlah  tidak tertahankan lagi. Karena itu kita harus menanyakan hal itu kepada pihak yang berwenang. Dan pihak berwenang yang terbaik adalah Kṛṣṇa. Jadi, Arjuna bertanya kepadaNya, kim idaṁ svit kuto veti, "Kṛṣṇa yang baik, dari manakah suhu udara yang seperti ini berasal? Kim idam. Deva-deva. Mengapa ia bertanya kepada Kṛṣṇa? Karena Kṛṣṇa adalah deva-deva.  
Jadi, mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Karena itu .... Mereka bisa membuat senjata atau bom dengan menggunakan bahan-bahan yang bersifat kasar. Bhūmir āpo 'nalo - itu adalah bahan-bahan kimia yang bersifat kasar. Namun brahmāstra ini tidaklah bersifat kasar. Ia merupakan suatu material juga, namun ia tersusun dari hal-hal yang sifatnya halus seperti pikiran, kecerdasan dan ego. Karena itu Arjuna bertanya kepada Kṛṣṇa, "Hamba tidak mengetahui dari manakah keadaan seperti ini berasal, dari manakah suhu udara yang sangat panas ini berasal." Dinyatakan di sini bahwa, tejaḥ parama-dāruṇam. ([[Vanisource:SB 1.7.26|SB 1.7.26]]). Suhu udara menjadi begitu panas dan panasnya sangatlah  tidak tertahankan lagi. Karena itu kita harus menanyakan hal itu kepada pihak yang berwenang. Dan pihak berwenang yang terbaik adalah Kṛṣṇa. Jadi, Arjuna bertanya kepadaNya, kim idaṁ svit kuto veti, "Kṛṣṇa yang baik, dari manakah suhu udara yang seperti ini berasal? Kim idam. Deva-deva. Mengapa ia bertanya kepada Kṛṣṇa? Karena Kṛṣṇa adalah deva-deva.  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 03:41, 12 July 2019



Lecture on SB 1.7.26 -- Vrndavana, September 23, 1976

Kita sudah pernah membicarakan tentang brahmāstra. Brahmāstra itu hampir mirip dengan senjata atau bom nuklir modern, tetapi ... Senjata nuklir modern dibuat dari bahan-bahan kimia, sedangkan brahmāstra dibuat dari susunan mantra, yang merupakan suatu cara yang bersifat halus. Ilmu pengetahuan modern belum sampai pada pemahaman mengenai keberadaan yang bersifat halus tersebut. Karena itu mereka tidak bisa memahami bagaimana terjadinya perpindahan dari sang jiwa. Ilmu pengetahuan modern sama sekali tidak memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimilikinya tidak sempurna. Mereka melihat badan kasar, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai badan halus. Tetapi badan halus itu ada. Seperti halnya aku tidak melihat pikiranmu, tetapi aku memahami bahwa kamu memiliki pikiran. Kamu tidak melihat pikiranku, tetapi kamu tahu bahwa aku juga memiliki pikiran.

Pikiran, kecerdasan dan dan ego atau keakuan. Gambaran mengenai diriku, identitasku, "aku", gambaran itu ada. Itulah ego atau keakuan. Begitu juga kecerdasan serta pikiranku, kamu tidak bisa melihatnya, demikian pula aku tidak bisa melihatnya. Karena itu, bagaimana cara pikiran, kecerdasan dan identitas pribadi, atau sang ego, membawa sang jiwa menuju badan lainnya, mereka tidak melihat itu semua. Mereka tidak bisa melihatnya. Mereka hanya melihat bahwa badan kasar menjadi diam, dan segala sesuatunya menjadi berhenti. Lalu badan kasar itu terbakar menjadi abu, dan karena itu mereka lalu berpikir bahwa segala sesuatunya sudah selesai. Bhasmī-bhūtasya dehasya kutaḥ punar āgamano bhaved. (Cārvāka Muni).

Kaum atheis berpikir seperti itu. Dengan hanya memiliki sangat sedikit pengetahuan, mereka lalu berpikir bahwa, "Aku melihat bahwa badan itu sudah terbakar menjadi abu. Lalu di manakah sang jiwa?" Karenanya, "Sang jiwa itu tidak ada, Tuhan juga tidak ada, semuanya itu hanyalah khayalan belaka." Tetapi kenyatannya tidaklah seperti itu, kebenarannya bukanlah seperti itu. Kenyataannya adalah bahwa badan kasar sudah selesai, tetapi badan halus masih tetap ada. Mano buddhir ahaṅkāraḥ. Bhūmir āpo 'nalo vāyuḥ khaṁ mano buddhir eva ca. (BG 7.4). Apareyam itas tu viddhi me prakṛtiṁ parām. (BG 7.5). Jadi, semuanya merupakan aksi serta reaksi dari hal-hal yang bersifat halus, materi yang bersifat halus ... Pikiran adalah juga materi, tetapi itu merupakan materi yang bersifat halus, sangat halus. Seperti halnya angkasa, ether. Ether juga merupakan materi, yang bersifat halus. Yang lebih halus dari ether adalah pikiran, dan yang lebih halus dari pikiran adalah kecerdasan. Dan yang lebih halus dari kecerdasan adalah keakuanku, egoku, "Aku," gambaran mengenai diriku.

Jadi, mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Karena itu .... Mereka bisa membuat senjata atau bom dengan menggunakan bahan-bahan yang bersifat kasar. Bhūmir āpo 'nalo - itu adalah bahan-bahan kimia yang bersifat kasar. Namun brahmāstra ini tidaklah bersifat kasar. Ia merupakan suatu material juga, namun ia tersusun dari hal-hal yang sifatnya halus seperti pikiran, kecerdasan dan ego. Karena itu Arjuna bertanya kepada Kṛṣṇa, "Hamba tidak mengetahui dari manakah keadaan seperti ini berasal, dari manakah suhu udara yang sangat panas ini berasal." Dinyatakan di sini bahwa, tejaḥ parama-dāruṇam. (SB 1.7.26). Suhu udara menjadi begitu panas dan panasnya sangatlah tidak tertahankan lagi. Karena itu kita harus menanyakan hal itu kepada pihak yang berwenang. Dan pihak berwenang yang terbaik adalah Kṛṣṇa. Jadi, Arjuna bertanya kepadaNya, kim idaṁ svit kuto veti, "Kṛṣṇa yang baik, dari manakah suhu udara yang seperti ini berasal? Kim idam. Deva-deva. Mengapa ia bertanya kepada Kṛṣṇa? Karena Kṛṣṇa adalah deva-deva.