ID/Prabhupada 0819 - Āśrama Artinya Adalah Suatu Keadaan Yang Diperuntukkan Bagi Upaya Pengembangan Spiritual

Revision as of 16:52, 17 September 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0819 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1968 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)




Lecture on SB 2.1.2-5 -- Montreal, October 23, 1968

Prabhupāda :

śrotavyādīni rājendra
nṛṇāṁ santi sahasraśaḥ
apaśyatām ātma-tattvaṁ
gṛheṣu gṛha-medhinām
(SB 2.1.2)

Ini adalah pokok bahasan yang sama, yaitu tentang mereka yang terlalu melekat kepada urusan keluarga, gṛheṣu gṛha-medhinām. Gṛhamedhī artinya adalah seseorang yang menjadikan rumahnya sebagai pusat kegiatannya. Ia disebut sebagai gṛhamedhī. Ada dua kata. Kata yang satu adalah gṛhastha dan kata yang lainnya adalah gṛhamedhī. Apakah pentingnya kedua kata ini? Gṛhastha artinya adalah seseorang yang .... Bukan hanya gṛhastha, tetapi sebutannya adalah gṛhastha-āśrama. Kapanpun kita membicarakan tentang āśrama, maka selalu ada hubungan spiritual yang terkait dengan hal itu. Jadi, keempat pembagian tatanan sosial ini adalah - brahmacārī-āśrama, gṛhastha-āśrama, vānaprastha-āśrama, sannyāsa-āśrama. Āśrama.

Āśrama artinya adalah ... Kapanpun .... Āśrama., kata ini juga sudah menjadi sedikit populer di negaramu. Āśrama artinya adalah suatu keadaan yang diperuntukkan bagi upaya pengembangan spiritual. Pada umumnya kita mengartikannya seperti itu. Dan di sini juga ada sangat banyak yoga-āśrama. Aku sudah melihat di New York, ada sangat banyak āśrama di sana. "Āśrama Yoga New York," "Masyarakat Yoga," yang seperti itu. Tetapi sebenarnya, arti dari āśrama adalah adanya suatu hubungan spiritual yang terkait dengan hal itu. Tidak menjadi masalah apakah seseorang itu .... Gṛhastha artinya adalah hidup bersama keluarga, istri dan anak-anak.

Jadi, berada bersama keluarga, istri serta anak-anak bukanlah merupakan suatu pembatalan atas kemajuan di dalam kehidupan spiritual. Itu bukanlah suatu pembatalan, karena bagaimanapun, seseorang haruslah dilahirkan dari seorang ayah dan seorang ibu. Jadi, para ācārya agung, para pemimpin spiritual, bagaimanapun juga mereka semua berasal dari seorang ayah serta seorang ibu. Tanpa adanya pertemuan antara ayah dengan ibu, maka mustahil bisa didapatkan keturunan para jiwa yang mulia. Ada banyak contoh dari para jiwa-jiwa yang mulia seperti Śaṅkarācārya, Jesus Kristus, Rāmānujācārya. Mereka juga bahkan tidak memiliki gelar kebangsawanan yang diwariskan secara turun temurun, namun tetap saja mereka muncul melalui para gṛhastha, melalui sang ayah dan ibu.

Jadi, gṛhastha, atau tingkatan kehidupan berumah tangga, bukanlah merupakan suatu pembatalan. Kita tidak seharusnya berpikir bahwa hanya para brahmacārī atau para sannyāsī saja yang bisa diangkat sampai pada tataran spiritual, sementara mereka yang hidup bersama istri dan anak-anaknya tidak bisa mencapai tataran tersebut. Tidak. Caitanya Mahāprabhu telah menyatakan dengan jelas di dalam Caitanya-caritāmṛta bahwa,

kibā vipra, kibā nyāsī, śūdra kene naya
yei kṛṣṇa-tattva-vettā sei 'guru' haya
(CC Madhya 8.128)

Caitanya Mahāprabhu berkata, "Tidak menjadi masalah apakah seseorang itu adalah gṛhastha, atau sannyāsī atau brāhmaṇa atau bukan brāhmaṇa. Itu tidak menjadi masalah. Asalkan jika seseorang itu sadar akan Kṛṣṇa, jika seseorang itu sudah diangkat di dalam kesadaran Kṛṣṇa, maka ia sudah, maksudku, berhak untuk menjadi guru spiritual." Yei kṛṣṇa-tattva-vettā sei guru haya. (CC Madhya 8.128). Tattva-vettā artinya adalah seseorang yang memahami tentang ilmu pengetahuan mengenai Kṛṣṇa. Itu berarti bahwa ia sadar akan Kṛṣṇa sepenuhnya. Sei guru haya. Sei berarti "ia." Guru berarti "guru kerohanian." Beliau tidak berkata bahwa, "Seseorang harus menjadi seorang sannyāsī atau seorang brahmacārī. Barulah kemudian ia bisa ...." Tidak.

Tetapi di sini kata yang digunakan adalah gṛhamedhī, bukan gṛhastha. Gṛhastha tidaklah dipersalahkan. Jika seseorang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang mengatur bersama dengan istri dan anak-anaknya, maka itu bukanlah pembatalan. Tetapi gṛhamedhī, gṛhamedhī artinya adalah bahwa ia tidak memiliki gagasan yang lebih tinggi atau pemahaman yang lebih tinggi mengenai kehidupan spiritual. Sehingga hidupnya bersama istri dan anak-anaknya hanyalah bagaikan kehidupan para kucing dan anjing saja, karena itulah ia disebut sebagai gṛhamedhī. Itulah perbedqaan antara kedua kata tersebut, gṛhamedhī dan gṛhastha.