ID/Prabhupada 0855 - Jika Aku Menghentikan Kenikmatan Materialku, Maka Kenikmatan Hidupku Akan Hilang - Tidak

Revision as of 03:45, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


750306 - Lecture SB 02.02.06 - New York

Jika aku menghentikan kenikmatan materialku, maka kenikmatan hidupku akan hilang. Tidak. Jadi, selama kita masih tetap berada di dunia material ini, mungkin aku sedang menjadi Dewa Indra, Dewa Brahmā atau Presiden Amerika atau ini atau itu, namun tetap saja kamu tidak bisa menghindari ke empat hal itu. Itulah keberadaan material, dan itulah masalahnya. Tetapi jika kamu ingin memecahkan masalahmu, maka proses inilah yang diberikan, nivṛtta. Anyābhilāṣitā-śūnyaṁ. Jangan menginginkan kenikmatan material. Kenikmatan itu tetap ada. Jangan berpikir bahwa, "Jika aku menghentikan kenikmatan materialku, maka kenikmatan hidupku akan hilang." Tidak. Kenikmatan hidupmu tidak akan habis. Ini seperti seseorang yang sedang sakit, ia juga tetap makan, ia juga tetap tidur, ia juga tetap memiliki kewajiban, namun ..... kegiatan makannya, kegiatan tidurnya, semua itu tidak sama dengan kegiatan makan serta tidur dari orang yang sehat. Maka sama halnya, kenikmatan material kita - makan, tidur, berhubungan seks dan mempertahankan diri - semuanya itu penuh dengan bahaya. Kita tidak bisa menikmati semua itu tanpa adanya gangguan. Ada begitu banyak gangguan.

Jadi, jika kita menginginkan kebahagiaan yang tanpa gangguan .... maka sebenarnya kebahagiaan yang seperti itu ada. Seperti halnya seseorang yang sedang sakit, ia juga sedang makan sebagaimana orang yang sehat yang juga sedang makan. Tetapi semua makanan itu terasa pahit baginya. Seseorang yang sedang sakit kuning, apabila kamu memberinya permen gula, maka permen itu akan terasa pahit baginya. Itulah kenyataannya. Tetapi seseorang yang sudah disembuhkan dari sakit kuning, ia akan merasakan rasa manis saat ia mencicipi permen itu. Maka sama halnya, di dalam keadaan kehidupan material ini ada begitu banyak kecenderungan untuk menjadi kecanduan, sehingga kita tidak bisa menikmati kehidupan ini sepenuhnya.

Jika kita menginginkan kenikmatan hidup sepenuhnya, maka kamu harus sampai kepada tataran spiritual. Duḥkhālayam aśāśvatam. (BG 8.15). Dunia material ini sudah diuraikan di dalam Bhagavad-gītā sebagai duḥkhālayam, tempat yang penuh penderitaan. Maka jika kamu berkata, "Tidak, aku sudah membuat pengaturan-pengaturan. Sekarang aku punya uang yang banyak di dalam rekening bankku. Istriku sangat cantik dan anak-anakku juga sangat menyenangkan. Jadi, aku tidak merasa keberatan. Aku akan tetap berada di dunia material ini," dan Kṛṣṇa mengatakan, aśāśvatam, "Tidak tuan, kamu tidak bisa tinggal di sini. Kamu akan harus ditendang keluar." Duḥkhālayam aśāśvatam. Meskipun kamu setuju untuk tetap berada di sini, di dalam keadaan kehidupan yang menyedihkan ini, maka tetap saja hal itupun juga tidak diperkenankan. Tidak ada tempat tinggal yang permanen. Tathā dehāntara-prāptir.

Jadi, inilah masalah-masalahnya .... Lalu di manakah para ilmuwan yang membahas mengenai masalah-masalah ini? Karena masalah-masalah ini tetap ada. Siapa yang mau meninggalkan keluarga yang sudah dimilikinya, terlepas dari seperti apapun keluarganya itu? Setiap orang memiliki keluarga dan tidak seorangpun mau meninggalkan keluarganya. Tetapi ia akan diambil secara paksa. Sehingga ia menangis, "Oh, sekarang aku harus pergi. Sekarang aku sedang sekarat. Apa yang akan terjadi dengan istri dan anak-anakku? Ia dipaksa untuk pergi. Kamu harus keluar. Jadi, inilah masalahnya. Maka, di manakah jalan keluar dari masalah ini? Nampaknya tidak ada pemecahan untuk masalah seperti ini. Jika kamu ingin mendapatkan jalan keluar dari masalah ini, maka Kṛṣṇa berkata,

mām upetya kaunteya
duḥkhālayam aśāśvatam
nāpnuvanti mahātmānaḥ
saṁsiddhiṁ paramāṁ gatāḥ
(BG 8.15)

"Jika seseorang datang kepadaKu," mām upetya, "maka ia tidak akan harus kembali lagi ke dunia material yang penuh dengan penderitaan ini." Jadi, di sini Śukadeva Gosvāmī menyarankan agar kamu menjadi seorang penyembah. Maka dengan demikian semua masalahmu akan menjadi terpecahkan.