ID/Prabhupada 0867 - Kita Ini Kekal Dan Kita Bertanggung Jawab Atas Segala Kegiatan Kita - Itulah Yang Disebut Sebagai Pengetahuan

Revision as of 03:46, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


750520 - Morning Walk - Melbourne

Hari-śauri : Apakah ketidak-teraturan dari keadaan cuaca serta ...

Prabhupāda : Hal itu, ketidak-teraturan cuaca itu, disebabkan oleh kehidupan yang berdosa.

Hari-śauri : Jadi, jika kita meningkatkan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini ...

Prabhupāda : Maka segala sesuatunya akan menjadi teratur kembali. Itu merupakan hukuman dari alam. Kamu mungkin tidak perduli mengenai apa itu kehidupan yang berdosa, tetapi hal itu selalu tercatat. Dan itu adalah kebodohan, "Aku tidak perduli kepada Tuhan, dan aku tidak perduli pada apa yang akan terjadi," maka hal seperti ini adalah suatu kebodohan. Orang-orang yang ada di tata susunan planet yang lebih rendah, mereka cenderung bersikap seperti ini. Demikian juga halnya dengan orang-orang di planet ini. Di negara-negara Barat, hal seperti ini juga terjadi di banyak tempat, "Tidak usah memperdulikan apapun. tidak usah memperdulikan mengenai apa itu kehidupan berdosa serta apa yang akan terjadi nanti. Nikmati saja semuanya, itu saja."

Itulah filsafat mereka, "Nikmatilah semuanya, itu saja." Seperti itulah sudut pandang material. Mereka tidak memahami bahwa kita ini kekal dan kita bertanggung jawab atas segala kegiatan kita. Itulah yang disebut sebagai pengetahuan. Namun mereka tidak memiliki pengetahuan itu. Mereka hanya ingin menikmati. Mereka bahkan juga tidak perduli pada kematian. Mereka semata-mata hanya mengejar pemuasan indria-indria. Inilah yang disebut sebagai dānava, kehidupan dānava. Para ilmuwan menjelaskan tentang begitu banyak keaneka-ragaman. Mereka menerima adanya keaneka-ragaman. Mengapa ada begitu banyak keaneka-ragaman kehidupan?

Hari-śauri : Mereka hanya memberikan perkiraan saja. Mereka menyatakan hal itu berdasarkan hasil penemuan terakhir serta hasil pemeriksaan atas fossil-fossil, dan yang seperti ini ...

Prabhupāda : Itu tidak apa-apa. Hari-śauri : ... mereka kemudian membuat perhitungan.

Prabhupāda : Mengapa ada keaneka-ragaman?

Amogha : Mereka mengatakan bahwa pada awalnya, hanya ada satu buah sel, dan sesudah beradaptasi terhadap beberapa keadaan tertentu, suatu jenis sel akan terus bertahan dan jenis yang lainnya akan mati. Jadi, semua keaneka-ragaman ini adalah akibat adanya adaptasi terhadap keadaan-keadaan yang berbeda.

Prabhupāda : Siapakah yang beradatasi? Siapakah yang mengelola hal itu?

Amogha : Yah, mereka mengatakan bahwa hal itu .... terjadi secara kebetulan.

Prabhupāda : Ah, itu omong kosong. Tidak ada sesuatupun yang terjadi secara kebetulan. Itu omong kosong. Pasti ada suatu pengaturan. Apa yang terjadi secara kebetulan itu? Mengapa kamu merawat pohon ini? Jadi, ada begitu banyak hal. Dan tidak satupun yang terjadi secara kebetulan. Kamu tidak melihat penyebabnya. Jika orang bisa menjadi kaya secara kebetulan, lalu mengapa kamu berjuang mati-matian untuk bisa menjadi kaya? Mengapa kendaraan mereka bergerak terus ke sana kemari siang dan malam? Mengapa kamu selalu berusaha setiap saat? Biarkan saja uang datang secara kebetulan dan kamu cukup hanya duduk saja. Mengapa mereka tidak melakukan hal itu?

Jika semua itu terjadi karena kebetulan, maka biarlah kebetulan itu terjadi sehingga aku bisa menjadi orang yang kaya raya. Tetapi mengapa mereka terus berusaha? Mengapa mereka menempuh pendidikan di sekolah? Biarlah kamu mendapatkan gelar M.A, Ph.D. secara kebetulan. Jadi, itu hanyalah merupakan suatu kekurang-ajaran, suatu pemikiran yang sangat miskin. Pemikirann yang sangat miskin. Jika segala sesuatu terjadi secara kebetulan saja, lalu untuk apa kamu berusaha? Apa jawaban atas pertanyaan ini?

Amogha : Yah,. kita berusaha, tetapi - kita tetap harus berusaha - namun kita tidak bisa mengatakan apa yang akan terjadi nantinya. Jadi, ketika kita berusaha, maka secara kebetulan hal itu terjadi. Seperti saat di sekolah, kita harus berusaha dan mungkin kita akan naik kelas.

Prabhupāda : Tidak, jika kamu benar-benar percaya pada adanya kebetulan, maka kamu seharusnya tidak perlu melakukan usaha apapun. Tetapi, tidak ada sesuatupun yang terjadi secara kebetulan.

Hari-śauri: Yah, jadi apakah bisa dikatakan bahwa karena adanya kegiatan-kegiatan manusia, maka kemudian segala sesuatu terjadi? Saya mendapat surat dari seseorang yang saya kenal, dan ...

Prabhupāda : Kegiatan dan persetujuan dari Tuhan - dua hal itu. Ada lima penyebab : kegiatan, tempat, energi yang sesuai dengan yang diperlukan dan akhirnya, persetujuan dari Tuhan. Maka kemudian terjadilah hal tersebut, Jika tidak, maka tidak ada yang disebut sebagai kebetulan itu.