ID/Prabhupada 0895 - Seorang Penyembah Tidak Pernah Menganggap Kedudukan Yang Berbahaya Sebagai Suatu Kedudukan Yang Merugikan - Ia Justru Menerima Hal Itu

Revision as of 03:48, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


730417 - Lecture SB 01.08.25 - Los Angeles

Jadi, kamu memiliki lidah ini. Kamu bisa berjapa Kṛṣṇa, Hare Kṛṣṇa. Maka dengan segera kamu menjadi terhubung secara langsung dengan Kṛṣṇa. Dengan segera. Karena nama Kṛṣṇa dan Kṛṣṇa sendiri tidaklah berbeda. Keduanya sama. Jadi, sekalipun kamu berpikir bahwa Kṛṣṇa itu berada jauh, sangat jauh sekali .... Tetapi Kṛṣṇa tidaklah berada sangat jauh sekali, Beliau ada di dalam dirimu. Beliau tidaklah berada jauh. Beliau itu berada jauh, tetapi sekaligus juga sangat dekat dengan kita. Jadi, sekalipun kamu berpikir bahwa Kṛṣṇa berada jauh darimu, tetapi namaNya ada bersamamu. Berjapalah Hare Kṛṣṇa, maka Kṛṣṇa dengan segera akan menjadi ada. Aniyamitaḥ. Dan sama sekali tidak ada tatacara serta aturan yang ketat untuk menjadikan Kṛṣṇa ada melalui jalan pintas seperti ini. Kamu bisa berjapa setiap saat. Dan dengan segera kamu mendapatkan Kṛṣṇa. Jadi, lihatlah betapa Kṛṣṇa penuh dengan belas kasih.

Karena itu Caitanya Mahāprabhu berkata bahwa, etādṛśī tava kṛpā. "TuhanKu yang tercinta, Anda sudah memberi Hamba fasilitas yang begitu baik untuk bisa terhubung dengan diri Anda, tetapi durdaiva, betapa tidak beruntungnya diri Hamba ini, Hamba tidak memiliki kemelekatan kepada hal-hal ini. Hamba tidak memiliki kemelekatan pada hal-hal ini. Hamba memiliki begitu banyak kemelekatan kepada hal-hal lain. Tetapi Hamba tidak memiliki kemelekatan kepada pengucapan Hare Kṛṣṇa. Inilah ketidak-beruntungan Hamba." Kṛṣṇa sudah memberikan begitu banyak fasilitas, di mana Beliau hadir di hadapanmu melalui getaran rohani di dalam namaNya, dan nama itu memiliki semua potensi dari diriNya. Jadi, jika kamu tetap terhubung dengan namaNya, maka kamu akan mendapatkan semua manfaat dari doa yang ditujukan kepada Kṛṣṇa, namun tetap saja, aku tetap tidak memiliki kecenderungan untuk berjapa mantra Hare Kṛṣṇa. Inilah ketidak-beruntunganku.

Jadi, seorang penyembah tidak pernah menganggap kedudukan yang berbahaya sebagai suatu kedudukan yang merugikan. Ia justru menerima hal itu. Karena ia adalah jiwa yang sudah berserah diri, maka ia memahami bahwa entah apakah hal itu adalah suatu bahaya atau suatu perayaan, semuanya itu hanyalah merupakan penampilan yang berbeda-beda saja dari Kṛṣṇa. Kṛṣṇa itu mutlak. Di dalam śāstra dikatakan bahwa selalu ada dua macam, dua sisi, yaitu kesalehan dan ketidak-salehan, yang keduanya saling bertentangan. Namun di dalam śāstra dinyatakan bahwa kesalehan itu hanyalah merupakan bagian depan dari Tuhan, sementara ketidak-salehan adalah bagian belakang dari Tuhan. Jadi, entah apakah itu merupakan bagian depan atau bagian belakang dari Tuhan, lalu apa bedanya? Karena Tuhan itu mutlak. Karena itu seorang penyembah tidak pernah merasa terganggu meskipun ia berada entah di dalam kemewahan ataupun di dalam bahaya. Karena ia memahami bahwa kedua hal itu adalah Kṛṣṇa. Entah apakah di dalam kedudukan berbahaya .... "Sekarang Kṛṣṇa sudah muncul di hadapanku dalam wujud bahaya."

Seperti halnya Hiraṇyakaśipu, Prahlāda Mahārāja dan Nṛsiṁhadeva. Nṛsiṁhadeva merupakan bahaya bagi Hiraṇyakaśipu, tetapi Beliau, Kepribadian yang sama itu, adalah Teman Yang Utama bagi Prahlāda Mahārāja. Sama halnya, Tuhan tidak pernah menjadi bahaya bagi para penyembah. Para penyembah tidak pernah merasa takut terhadap bahaya. Ia merasa yakin bahwa bahaya itu hanyalah suatu wujud atau sifat lain dari Tuhan. "Jadi, mengapa aku harus merasa takut? Aku sudah berserah diri kepadaNya." Karena itu Kuntīdevī berkata, vipadaḥ santu. Vipadaḥ santu tāḥ śaśvat. Karena ia memahami bagaimana caranya untuk mengingat Kṛṣṇa pada saat dalam bahaya. Jadi, Kuntīdevī menerima bahaya itu. "Tuhanku yang baik, saya menerima bahaya seperti ini saat saya bisa mengingat Anda." Seperti halnya Prahlāda Mahārāja, ia selalu memikirkan Kṛṣṇa saat ayahnya menempatkannya pada kedudukan yang berbahaya.

Jadi, jika kamu menjadi berada pada kedudukan yang berbahaya, dan jika kedudukan berbahaya itu memberikan dorongan kepadamu untuk mengingat Kṛṣṇa, maka hal itu hendaknya diterima. Hal itu hendaknya diterima. "Oh, aku mendapatkan kesempatan untuk mengingat Kṛṣṇa," Jadi, bagaimana hal itu menjadi diterima? Hal itu diterima karena bertemu dengan Kṛṣṇa artinya adalah aku menjadi maju dalam kehidupan spiritualku, sehingga aku tidak akan pernah harus menderita lagi akibat kedudukan berbahaya ini.