ID/Prabhupada 0912 - Mereka Yang Kecerdasannya Sudah Maju, Mereka Dapat Melihat Tuhan Yang Berada Di Dalam Maupun Di Luar

Revision as of 03:50, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


730420 - Lecture SB 01.08.28 - Los Angeles

Jadi, samo 'haṁ sarva-bhūteṣu. (BG 9.29). Tuhan itu bersikap setara kepada setiap orang. Karena itu sekarang terserah kepadamu untuk memahamiNya sesuai dengan kemampuanmu. Jadi, Kuntī juga mengatakan hal yang sama dengan yang ada di dalam sloka ini, samaṁ carantaṁ sarvatra. (SB 1.8.28). Samaṁ carantam. Carantam berarti bergerak. Beliau bergerak ke mana-mana, di luar serta di dalam, dan kita harus benar-benar membuat mata kita menjadi jernih untuk bisa melihatNya. Itulah yang dinamakan pelayanan bhakti, yaitu membuat indria-indria kita menjadi suci sehingga kita bisa melihat kehadiran Tuhan. Tuhan berada di mana-mana. Antar bahiḥ. Antaḥ berarti di dalam dan bahiḥ berarti di luar. "Mereka yang kecerdasannya kurang, mereka hanya berusaha menemukan Tuhan yang ada di dalam, tetapi mereka yang kecerdasannya sudah maju, mereka bisa melihat Anda yang berada di dalam dan di luar." Itulah perbedaannya.

Meditasi dimaksudkan bagi golongan manusia yang kecerdasannya kurang. Meditasi artinya adalah kamu harus mengendalikan indria-indria. Pelaksanaan yoga artinya adalah indriya-saṁyama. Indria-indria kita selalu sangat gelisah. Melalui pelaksanaan yoga, maksudku, dengan melakukan āsana yang berbeda-beda maka pikiran menjadi dikendalikan dan indria-indria juga menjadi dikendalikan. Maka kemudian kita bisa memusatkan perhatian kita kepada bentuk Viṣṇu. Itulah sistem yoga. Dan mereka yang sudah menjadi terlalu tenggelam di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan, maka bagi mereka sistem yoga juga disarankan, yaitu dengan melakukan latihan-latihan badan sehingga akhirnya mereka bisa menemukan Tuhan Yang Maha Kuasa yang ada di dalam hati.

Namun para bhakta, mereka yang adalah para penyembah, mereka tetap lebih maju, karena mereka tidak perlu mengendalikan indra-indra mereka secara terpisah. Karena dengan menjadi disibukkan di dalam pelayanan bhakti maka itu artinya adalah sama dengan mengendalikan indria-indria itu sendiri. Andaikan kamu disibukkan di dalam pemujaaan Arca, dalam membersihkan ruangan, dalam menghias Arca, dalam membuat makanan untuk Arca, dalam segala hal yang dilakukan dengan sangat baik .... Maka sebenarnya indria-indriamu sudah dengan sendirinya menjadi disibukkan untuk hal itu. Lalu bagaimana mungkin ada kesempatan bagi indria-indriamu untuk menjadi teralihkan? Indria-indriamu itu sudah menjadi terkendalikan. Karena indria-indriaku itu, hṛṣīkeṇa hṛṣīkeśa-sevanaṁ bhaktir ucyate. (CC Madhya 19.170).

Bhakti artinya adalah benar-benar membuat indria-indria menjadi disibukkan di dalam pelayanan kepada sang penguasa indria-indria. Hṛṣīkeśa artinya adalah sang penguasa indria-indria dan hṛṣīka artinya adalah indria-indria. Jadi, saat ini indria-indria kita sedang disibukkan untuk memuaskan dirinya sendiri. Sarvopādhi, upādhi yuktaḥ. Jadi, aku adalah badan ini. Maka karena itu aku harus memuaskan indria-indriaku. Inilah tahapan kehidupan yang tercemar. Tetapi ketika seseorang sampai kepada pemahaman bahwa aku bukanlah badan ini, bahwa aku adalah sang jiwa rohani yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, maka indria-indriaku yang juga bersifat spiritual ini selayaknya harus disibukkan di dalam pelayanan bhakti kepada Sang Makhluk Hidup Spiritual Yang Utama. Itulah yang diinginkan. dan itulah yang disebut sebagai mukti. Mukti artinya adalah, hitvā anyathā-rūpam.

Saat kita sedang dalam keadaan terikat, maka kita menjadi menghentikan kedudukan dasar kita yang sejati. Kedudukan dasar kita yang sejati itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Caitanya Mahāprabhu, adalah, jīvera svarūpa haya nitya-kṛṣṇa-dāsa. (CC Madhya 20.108-109). Kedudukan dasar kita yang sejati adalah bahwa kita merupakan pelayan kekal dari Kṛṣṇa. Jadi, begitu kita menyibukkan diri kita di dalam pelayanan kepada Tuhan, maka dengan segera kita menjadi terbebaskan. Dengan segera. Tidak ada lagi yang keharusan untuk melalui berbagai macam proses. Hanya ada satu saja proses yang paling utama, yaitu dengan menyibukkan diri seseorang, dengan menyibukkan indria-indria seseorang, di dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan dengan melalui proses tersebut maka itu berarti ia sudah menjadi terbebaskan.