ID/Prabhupada 0985 - Kehidupan Dalam Wujud Manusia Secara Khusus Dimaksudkan Untuk Bertanya Mengenai Sang Kebenaran Mutlak

Revision as of 03:04, 15 November 2017 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Indonesian Pages - 207 Live Videos Category:Prabhupada 0985 - in all Languages C...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)




720905 - Lecture SB 01.02.07 - New Vrindaban, USA

Kehidupan ini, kehidupan di dalam wujud manusia ini secara khusus dimaksudkan untuk bertanya mengenai Sang Kebenaran Mutlak. Kita tidak bisa melakukan hal ini di dalam kehidupan binatang. Ada banyak binatang yang besar, seperti harimau, singa serta gajah Dan juga ada pohon-pohon yang besar. Semuanya itu juga merupakan makhluk hidup. Ikan paus yang ada di dalam lautan, badannya sangatlah besar. Demikian juga gunung-gunung. Gunung-gunung itu juga memiliki kehidupan. Tetapi mereka semua tidak bisa bertanya tentang Tuhan, itu mustahil. Kamu hanya bisa bertanya tentang Tuhan di dalam kehidupan yang berwujud manusia ini, itu saja. Karena itu di dalam setiap masyarakat yang beradab, selalu ada pertanyaan tentang Tuhan dan hal itu disebut sebagai agama. Memang setiap orang akan memahami hal itu dalam taraf yang berbeda-beda.

Seperti halnya di India, di sana orang-orang juga sangat ingin tahu tentang Tuhan. Namun bukan sekarang, bukan saat ini, karena saat ini mereka sudah berhenti melakukan hal itu, melainkan ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Bukan ribuan tahun, tetapi tepatnya sekitar duaratus tahun yang lalu, India begitu sangat penasaran untuk mengetahui tentang Tuhan. Hingga bahkan seorang berkebangsaan Cina, ia sudah menulis sebuah buku filsafat, di mana ia menyarankan - aku lupa judul bukunya - dan buku ini menjadi buku referensi di Universitas New York untuk pengajaran dalam kelas agama. Di dalam buku itu, ia menulis bahwa jika kamu ingin memahami Tuhan, jika kamu ingin memahami agama, maka kamu harus pergi ke India. Ya, seperti itulah kenyataannya. Karena tidak ada lagi di negara lain di manapun yang para rsi serta para orang sucinya begitu sangat serius menyibukkan diri mereka dalam upaya untuk memahami Tuhan. Karena itulah Vedānta-sūtra ada di sana.

Jadi, hendaknya kita memahami bahwa Tuhan itu satu, bahwa Tuhan itu tidak berbeda. Tidak pernah terjadi persaingan antara para Tuhan. Mattaḥ parataraṁ nānyat kiñcid asti dhanañjaya. (BG 7.7). Tidak ada kebenaran lain yang lebih tinggi dari Tuhan. Karena itu Tuhan disebut sebagai Yang Maha Besar. Dan Tuhan disebut sebagai Yang Maha Mutlak. Jadi, suatu agama, suatu agama yang berkualitas kelas satu, itu ditunjukkan dari sampai seberapa jauh para pengikutnya telah mengembangkan pemahaman mereka tentang Tuhan. Itulah yang dimaksudkan dengan agama berkualitas kelas satu. Bukannya melalui seberapa banyak binatang yang sudah kita kurbankan atau sampai berapa kalikah kita melakukan kurban itu ....

Di dalam setiap agama ada begitu banyak upacara keagamaan serta hal-hal lainnya. Tetapi kita harus membuktikan hal itu melalui hasil yang telah dicapai, phalena paricīyate. Segala sesuatunya .... Seperti halnya ketika sesudah kita cukup lama bersekolah, maka untuk bisa menjadi seorang yang memiliki ilmu pengetahuan, kita harus melewati suatu ujian. Jika seseorang bisa lulus dari ujian tersebut, maka harus dipahami bahwa ia sudah belajar dengan baik. Seperti itulah yang sesuai dengan akal sehat kita. Di manapun itu, di sekolah, di kampus, jika kita tidak lulus ujian tetapi kita lalu menyatakan bahwa diri kita, "Oh, aku sudah mempelajari hal ini, aku sudah mempelajari hal itu," maka tetap saja, apa yang kita katakan itu tidak berarti sama sekali.

Seandainya ada seseorang yang melakukan suatu usaha. Kita melihat bahwa melalui usahanya, ia sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang dan kemudian ia menjadi kaya raya, maka kita bisa memahami bahwa ia adalah seorang pengusaha yang berhasil. Tetapi jika ia hanyalah seorang miskin yang berkata, "Aku sudah melakukan hal ini, aku sudah melakukan hal itu," maka boleh saja kamu berkata seperti itu, tetapi kita tetap ingin melihat hasil yang sudah kamu dapatkan. Phalena paricīyate, seperti itulah ungkapan dalam bahasa Sansekerta, bahwa kita harus memahaminya melalui hasilnya, phalena, hasil apa yang sudah kamu dapatkan. Bagaimanakah hasil ujianmu, berapa nilai yang kamu dapatkan. Maka sama halnya, kita bisa saja menyatakan diri kita sebagai seorang yang beragama, sebagai seorang pengikut agama yang taat, tetapi apa maknanya? Apa artinya ....? Seharusnya yang menjadi dasarnya adalah seberapa banyak kamu sudah mengembangkan kesadaranmu akan Tuhan dan seberapa banyak kamu sudah belajar mencintai Tuhan.