ID/Prabhupada 1026 - Jika Kita Memahami Bahwa Kita Bukanlah Sang Penikmat, Melainkan Kṛṣṇalah Yang Merupakan Sang Penikmat, Maka Itulah Dunia Spiritual

Revision as of 03:59, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


731129 - Lecture SB 01.15.01 - New York

Kita ingin menjadi berbahagia melalui berbagai macam gagasan. Setiap orang sedang menyusun gagasan mereka masing-masing, "Sekarang, inilah ...." Tetapi para bajingan itu, mereka tidak memahami, apa proses untuk mendapatkan kebahagiaan itu, yang sebenarnya adalah Kṛṣṇa. Mereka tidak memahami hal itu. Na te viduḥ svārtha-gatiṁ hi viṣṇuṁ durāśayā ye bahir-artha-māninaḥ. (SB 7.5.31). Kamu bisa melihatnya di negaramu sendiri, mereka sedang berusaha di dalam begitu banyak hal. Ada begitu banyak gedung pencakar langit, ada begitu banyak mobil, ada begitu banyak kota-kota besar, tetapi tidak ada kebahagiaan. Karena mereka tidak mengetahui apa yang sudah hilang.

Kita sedang memberikan kaitan yang hilang tersebut. Inilah kaitan itu, "Terimalah Kṛṣṇa dan kamu akan menjadi berbahagia." Itulah kesadaran Kṛṣṇa kita. Kṛṣṇa dan makhluk hidup, mereka terhubung dengan sangat dekat. Seperti seorang ayah dengan anaknya, atau seperti seorang teman dengan teman lainnya, atau seperti seorang tuan dengan pelayannya, seperti itulah. Kita terhubung dengan sangat dekat. Tetapi karena kita sudah melupakan hubungan kita dengan Kṛṣṇa yang sangat dekat itu, kita lalu berusaha untuk menjadi berbahagia di dunia material ini, sehingga karena itu kita menjadi harus mengalami begitu banyak kesengsaraan. Seperti itulah kedudukannya. Kṛṣṇa bhuliya jīva bhoga vañcha kare. (Prema-vivarta 6.2).


Kita, para makhluk hidup, kita sedang berusaha untuk menjadi berbahagia di dalam dunia material ini ... "Mengapa kamu berada di dalam dunia material ini? Mengapa kamu tidak berada di dalam dunia spiritual? Di dalam dunia spiritual, tidak seorangpun bisa menjadi penikmat, bhokta. Hanya Yang Maha Kuasa saja yang merupakan sang penikmat, bhoktāraṁ yajña-tapasāṁ sarva. (BG 5.29) ... Sama sekali tidak ada kekeliruan di sana. Di sana juga ada para makhuk hidup, namun mereka sepenuhnya memahami bahwa sang penikmat dan sang pemilik adalah Kṛṣṇa. Itulah kerajaan spiritual. Maka sama halnya, bahkan di dalam dunia material ini, jika kita sepenuhnya memahami bahwa kita bukanlah sang penikmat, melainkan bahwa Kṛṣṇalah yang merupakan sang penikmat, maka itu merupakan dunia spiritual.

Gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini sedang berusaha untuk meyakinkan setiap orang bahwa kita bukanlah sang penikmat. Sang penikmat adalah Kṛṣṇa. Seperti halnya keseluruhan badan ini. Pada badan ini, perutlah yang merupakan sang penikmat, sedangkan tangan, kaki, mata, telinga, otak dan yang lainnya, semuanya itu hendaknya disibukkan untuk menemukan sesuatu yang bisa dinikmati untuk menempatkannya ke dalam perut. Itu adalah hal yang alamiah. Maka sama halnya, kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan atau Kṛṣṇa. Kita bukanlah sang penikmat.

Di dalam setiap agama, hal ini diterima. Seperti halnya di dalam agama Kristen, juga dikatakan, "Oh Tuhan, mohon berikanlah kami rejeki hari ini." Rejeki, itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita buat. Itu harus diperoleh dari Tuhan. Karenanya, hal ini juga sesuai dengan prinsip Veda. Nityo nityānāṁ cetanaṣ cetanānām eko bahūnāṁ yo vidadhāti kāmān. (Kaṭha Upaniṣad 2.2.13). Tuhan atau Kṛṣṇa, Beliau memberi kita segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan hidup kita, sebagaimana yang kamu inginkan. Jika kamu menerima semua hal yang bisa dinikmati tersebut sebagaimana yang kamu inginkan, maka kamu akan menjadi terjerat. Namun jika kamu menerima segala sesuatu yang memang diperuntukkan bagimu, tena tyaktena bhuñjīthā. (ISO mantra 1), sebagaimana yang diberikan oleh Kṛṣṇa kepadamu, maka kamu akan menjadi berbahagia. Jika kamu membuat .....

Seperti halnya seorang pasien yang sedang sakit, jika ia ingin menikmati kehidupan sesuai dengan keinginannya, maka ia hanya akan menjadi terus menderita sakit. Tetapi jika ia menerima cara hidup yang sesuai dengan arahan dari dokter, maka ia akan menjadi bebas dari penyakitnya ... Jadi, ada dua metode, pravṛtti dan nivṛtti. Pravṛtti berarti, "Aku memiliki kecenderungan untuk makan ini atau menikmati ini. Mengapa tidak? Aku akan melakukan hal itu. Aku memiliki kebebasan." "Tetapi sebenarnya anda tidaklah memiliki kebebasan, tuan. Anda hanyalah ...." Inilah māyā. Kamu tidak memiliki kebebasan. Aku memiliki pengalaman yang nyata. Seandainya ada makanan yang sangat lezat. Jika aku berpikir, aku akan makan sebanyak mungkin saat ini dan keesokan harinya aku tidak akan makan. Maka dengan segera kamu akan terkena disentri atau gangguan pencernaan.