ID/BG 7.3

File:CT18-024.JPG
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 3

मनुष्याणां सहस्रेषु कश्चिद्यतति सिद्धये ।
यततामपि सिद्धानां कश्चिन्मां वेत्ति तत्त्वतः ॥३॥
manuṣyāṇāḿ sahasreṣu
kaścid yatati siddhaye
yatatām api siddhānāḿ
kaścin māḿ vetti tattvataḥ

Sinonim

manuṣyāṇām—di antara manusia; sahasresu—di antara beriburibu; kaścit—seseorang; yatati—berusaha; siddhaye—untuk kesempurnaan; yatatām—mereka yang berusaha seperti itu; api—memang; siddhānām—dari mereka yang sudah mencapai kesempurnaan; kaścit—seseorang; mām—Aku; vetti—mengetahui; tattvataḥ—dengan sebenarnya.

Terjemahan

Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang DiriKu dengan sebenarnya.

Penjelasan

Ada berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gītā dimaksudkan untuk orang yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh Yang Utama dan cara keinsafan melalui jñāna-yoga, dhyāna-yoga dan cara membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, Kṛṣṇa hanya dapat dikenal oleh orang yang sadar akan Kṛṣṇa. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini lebih mudah daripada mengerti tentang Kṛṣṇa. Kṛṣṇa adalah Kepribadian Yang Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan pengetahuan Brahman dan Paramātmā. Para yogī dan para jñānī bingung dalam usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang Kṛṣṇa. Walaupun yang paling terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu Śrīpāda Śaṅkarācārya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gītā beliau juga mengakui bahwa Kṛṣṇa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para pengikut Śaṅkarācārya tidak mengakui Kṛṣṇa sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal Kṛṣṇa, walaupun seseorang sudah mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi. Kṛṣṇa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, Śrī Govinda yang asli. Īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ sac-cid-ānanda-vigrahaḥ/ anādir ādir govindaḥ sarva-kāraṇa-kāraṇam. Orang yang bukan penyembah sulit sekali mengenal Kṛṣṇa. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan sulit? Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabila bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari jalan itu. Śrīla Rūpa Gosvāmī menulis di dalam karyanya berjudul Bhakti-rasāmṛta-sindhu (1.2.101):

śruti-smṛti-purāṇādi-
pañcarātra-vidhiḿ vinā
aikāntikī harer bhaktir
utpātāyaiva kalpate

"Bhakti kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya Upaniṣad-upaniṣad, Purāṇa-purāṇa dan Nārada-pañcarātra, hanya merupakan gangguan yang tidak diperlukan di dalam masyarakat."

Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau yogī yang sudah menginsafi Kṛṣṇa tidak mungkin mengerti tentang Kṛṣṇa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu Yaśodā atau kusir kereta Arjuna. Para dewa yang muliapun kadang-kadang bingung tentang Kṛṣṇa: Kṛṣṇa bersabda, (muhyanti yat sūrayaḥ). Māṁ tu veda na kaścana, "Tiada seorangpun yang mengenal DiriKu dengan sebenarnya." Kalau seseorang sungguh-sungguh mengenal Kṛṣṇa, maka sa mahātmā su-durlabhaḥ. "Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan." Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal Kṛṣṇa dengan sebenarnya (tattvataḥ), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang tidak terhingga di dalam Kṛṣṇa, di dalam sebab segala sebab, dalam Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran, kekuatan, ketampanan, pengetahuan dan ketidak-terikatan Beliau, sebab Kṛṣṇa bersikap murah hati terhadap para penyembahNya. Kṛṣṇa adalah kata terakhir dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan:

ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
na bhaved grāhyam indriyaiḥ
sevonmukhe hi jihvādau
svayam eva sphuraty adaḥ

"Tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan kegiatan Kṛṣṇa melalui indria-indrianya yang dicemari secara material. Tetapi Kṛṣṇa memperlihatkan DiriNya kepada para penyembah karena Kṛṣṇa menyayangi mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau." (Bhakti-rasāmṛta-sindhu 1.2.234).