ID/BG 7.19

Revision as of 02:02, 6 January 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 19

bahūnāḿ janmanām ante
jñānavān māḿ prapadyate
vāsudevaḥ sarvam iti
sa mahātmā su-durlabhaḥ

Sinonim

bahūnām—banyak; janmanām—dilahirkan dan meninggal berulang kali; ante—sesudah; jñāna-vān—orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap; mām—kepadaKu; prapadyate—menyerahkan diri; vāsudevaḥ—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kṛṣṇa; sarvam—segala sesuatu; iti—demikian; saḥ—itu; mahā-ātmā—roh yang mulia; sudurlabhaḥ—jarang sekali dilihat.

Terjemahan

Sesudah dilahirkan dan meninggal berulangkali, orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepadaKu, dengan mengenalKu sebagai sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.

Penjelasan

Selama makhluk hidup melaksanakan bhakti atau ritual-ritual rohani yang melampaui hal-hal duniawi sesudah dilahirkan berulangkali, mungkin ia sungguh-sungguh mantap dalam pengetahuan rohani yang murni bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama keinsafan rohani. Pada awal keinsafan rohani, selama seseorang sedang berusaha melepaskan ikatannya terhadap keduniawian, ada kecenderungan kepada filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi kalau seseorang sudah maju lebih lanjut, dia dapat mengerti bahwa ada kegiatan dalam kehidupan rohani dan bahwa kegiatan itu merupakan bhakti. Setelah menginsafi kenyataan ini, dia terikat pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menyerahkan diri pada Beliau. Pada waktu itu, seseorang dapat mengerti bahwa karunia Śrī Kṛṣṇa adalah segala sesuatu, bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab segala sebab dan bahwa manifestasi material ini tidak lepas dari hubungan dengan Beliau. Dia menginsafi bahwa dunia material adalah bayangan yang terputar balik dari keaneka-warnaan rohani dan bahwa ada hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa Śrī Kṛṣṇa di dalam segala sesuatu. Jadi, dia memikirkan segala sesuatu berhubungan dengan Vāsudeva, atau Śrī Kṛṣṇa. Penglihatan semesta seperti itu tentang Vāsudeva menyebabkan seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa Śrī Kṛṣṇa sebagai tujuan tertinggi. Roh-roh yang mulia yang sudah menyerahkan diri seperti itu jarang sekali ditemukan.

Ayat ini dijelaskan dengan baik sekali dalam Bab Tiga (ayat 14 dan 15) dari Śvetāśvatara Upaniṣad:

sahasra-śīrṣā puruṣaḥ
sahasrākṣaḥ sahasra-pāt
sa bhūmiḿ viśvato vṛtvā-
tyātiṣṭhad daśāńgulam
puruṣa evedaḿ sarvaḿ
yad bhūtaḿ yac ca bhavyam
utāmṛtatvasyeśāno
yad annenātirohati

Dalam Chāndogya Upaniṣad (5.1.15) dinyatakan, na vai vāco na cakṣūṁṣi na śrotrāṇi na manāṁsīty ācakṣate prāṇa iti evācakṣate prāṇo hy evaitāni sarvāṇi bhavanti: "Di dalam badan makhluk hidup, unsur yang paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya berpikir; yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan." Begitu pula, Śrī Vāsudeva, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Śrī Kṛṣṇa, adalah Kepribadian Yang Paling Utama di dalam segala sesuatu. Di dalam badan ini ada daya bicara, melihat, mendengar, kegiatan pikiran, dan sebagainya. Tetapi segala unsur itu tidak penting bila tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Vāsudeva berada di mana-mana dan segala sesuatu adalah Vāsudeva, seorang penyembah menyerahkan diri dalam pengetahuan yang lengkap (lihat Bhagavad-gītā 7.17. dan 11.40).