ID/Prabhupada 0117 - Hotel Dan Akomodasi Untuk Tidur Gratis: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0117 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1976 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 8: Line 8:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0116 - Jangan Menyia-nyiakan Kehidupanmu Yang Bernilai|0116|ID/Prabhupada 0118 - Mengajarkan Itu Bukanlah Sesuatu Hal Yang Sangat Sulit|0118}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 16: Line 19:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|F1x4RgM7iGs|Hotel Dan Akomodasi Untuk Tidur Gratis<br/>- Prabhupāda 0117}}
{{youtube_right|3kk6n4l07og|Hotel Dan Akomodasi Untuk Tidur Gratis<br/>- Prabhupāda 0117}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/760302SB.MAY_clip.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/760302SB.MAY_clip.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 30: Line 33:
Inilah gagasannya, yaitu untuk menjadi pelayan dan pelayan wanita. Inilah peradaban manusia yang ideal. Bahwa setiap wanita seharusnya berusaha untuk menjadi pelayan wanita dari suaminya, dan setiap pria seharusnya berusaha untuk menjadi seratus kali pelayan Kṛṣṇa. Ini adalah peradaban India, bukanlah bahwa "Suami dan istri, kita memiliki hak yang sama." Di Eropa, Amerika, sedang berlangsung gerakan ini yaitu, "Persamaan Hak." Itu bukanlah peradaban Veda. Peradaban Veda menyatakan bahwa sang suami seharusnya menjadi seorang pelayan Kṛṣṇa yang tulus, dan sang istri seharusnya menjadi pelayan wanita yang tulus dari sang suami.
Inilah gagasannya, yaitu untuk menjadi pelayan dan pelayan wanita. Inilah peradaban manusia yang ideal. Bahwa setiap wanita seharusnya berusaha untuk menjadi pelayan wanita dari suaminya, dan setiap pria seharusnya berusaha untuk menjadi seratus kali pelayan Kṛṣṇa. Ini adalah peradaban India, bukanlah bahwa "Suami dan istri, kita memiliki hak yang sama." Di Eropa, Amerika, sedang berlangsung gerakan ini yaitu, "Persamaan Hak." Itu bukanlah peradaban Veda. Peradaban Veda menyatakan bahwa sang suami seharusnya menjadi seorang pelayan Kṛṣṇa yang tulus, dan sang istri seharusnya menjadi pelayan wanita yang tulus dari sang suami.


Karenanya hal itu dinyatakan di sini, upanaya māṁ nija-bhṛtya-pārśvam. ([[Vanisource:SB 7.9.24|SB 7.9.24]]). Ini adalah pergaulan yang terbaik, ketika Nārada Muni sedang menjelaskan tentang bagaimana seorang pria seharusnya bersikap, bagaimana seorang wanita seharusnya bersikap ...... Kita sekarang mendiskusikan apa yang ada di dalam dctaphone-tape kita. Kamu akan mendengarnya. Bahwa tidak ada yang namanya menjadi tuan itu. Itu sama sekali tidak berguna. Kamu tidak bisa menjadi tuan. Ahaṅkāra-vimūḍhātmā kartāham iti manyate. ([[Vanisource:BG 3.27|BG 3.27]]). Kamu tisak bisa menjadi tuan. Jīvera svarūpa haya nitya kṛṣṇa dāsa. ([[Vanisource:CC Madhya 20.108-109|CC Madhya 20.108-109]]). Baik pria maupun wanita, semuanya adalah pelayan dari Kṛṣṇa. Kita harus dilatih di dalam tataran tersebut, bagaimana caranya untuk menjadi pelayan yang terbaik, bukan hanya menjadi pelayan secara langsung, tetapi menjadi pelayan dari pelayan. Ini disebut sebagai pelayan paramparā. Guru kerohanianku adalah pelayan dari guru kerohanian beliau, dan aku juga adalah pelayan dari guru kerohanianku. Sama halnya, kita berpikir mengenai, "pelayan dari pelayan." Tidak ada yang namanya menjadi ..... Ini adalah penyakit. ([[Vanisource:CC Madhya 13.80|CC Madhya 13.80]]).
Karenanya hal itu dinyatakan di sini, upanaya māṁ nija-bhṛtya-pārśvam. ([[Vanisource:SB 7.9.24|SB 7.9.24]]). Ini adalah pergaulan yang terbaik, ketika Nārada Muni sedang menjelaskan tentang bagaimana seorang pria seharusnya bersikap, bagaimana seorang wanita seharusnya bersikap ...... Kita sekarang mendiskusikan apa yang ada di dalam dctaphone-tape kita. Kamu akan mendengarnya. Bahwa tidak ada yang namanya menjadi tuan itu. Itu sama sekali tidak berguna. Kamu tidak bisa menjadi tuan. Ahaṅkāra-vimūḍhātmā kartāham iti manyate. ([[ID/BG 3.27|BG 3.27]]). Kamu tidak bisa menjadi tuan. Jīvera svarūpa haya nitya kṛṣṇa dāsa. ([[Vanisource:CC Madhya 20.108-109|CC Madhya 20.108-109]]). Baik pria maupun wanita, semuanya adalah pelayan dari Kṛṣṇa. Kita harus dilatih di dalam tataran tersebut, bagaimana caranya untuk menjadi pelayan yang terbaik, bukan hanya menjadi pelayan secara langsung, tetapi menjadi pelayan dari pelayan. Ini disebut sebagai pelayan paramparā. Guru kerohanianku adalah pelayan dari guru kerohanian beliau, dan aku juga adalah pelayan dari guru kerohanianku. Sama halnya, kita berpikir mengenai, "pelayan dari pelayan." Tidak ada yang namanya menjadi ..... Ini adalah penyakit. ([[Vanisource:CC Madhya 13.80|CC Madhya 13.80]]).


:kṛṣṇa bhuliya jīva bhoga vāñchā kāre
:kṛṣṇa bhuliya jīva bhoga vāñchā kāre
Line 37: Line 40:
Begitu kita menjadi berbangga diri - "Sekarang aku akan menjadi tuan. Aku hanya akan memberikan perintah saja. Aku tidak akan mengikuti siapapun." - itu adalah māyā.
Begitu kita menjadi berbangga diri - "Sekarang aku akan menjadi tuan. Aku hanya akan memberikan perintah saja. Aku tidak akan mengikuti siapapun." - itu adalah māyā.


Jadi penyakit itu sudah ada sejak awal dimulai dari Brahmā terus menurun sampai kepada seekor semut. Prahlāda Mahārāja telah memahami yang namanya saja kedudukan bergengsi yang keliru dari menjadi seorang tuan. Ia berkata bahwa, "Hamba cukup sadar atas hal yang keliru ini. Mohon sibukkan hamba...." Nija-bhṛtya-pārśvam. Nija-bhṛtya-pārśvam berarti sama halnya dengan magang Magang, seorang yang sedang magang diikut-sertakan kepada seorang yang ahli. Segera sesudahnya, sang pemagang itu belajar mengenai bagaimana caranya melakukan hal-hal tersebut. Karenanya ia berkata, nija-bhṛtya-pārśvam. "Tidaklah dengan seketika hamba menjadi pelayan yang ahli, tetapi biarkan hamba ...." Lembaga kita ini dimaksudkan untuk tujuan itu. Jika seseorang datang ke mari, hanya untuk mendapatkan fasilitas hotel secara gratis dan akomodasi untuk tidur secara gratis, maka kedatangannya ke dalam pergaulan ini tidak ada gunanya. Ia harus belajar bagaimana caranya untuk melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam. Mereka yang melayani, mereka ..... Seseorang seharusnya belajar darinya mengenai bagaimana caranya sehingga ia bisa melayani selama duapuluh empat jam sehari ; maka kemudian keikut-sertaannya sebagai anggota di dalam lembaga ini akan sukses. Dan jika kita menerima itu hanya sebagai, "Ini ada sebuah lembaga di mana kita bisa mendapatkan fasilitas hotel gratis, tempat tinggal gratis dan kebebasan untuk memuaskan indria-indria," maka kemudian lembaga ini akan tercemar. Berhati-hatilah. Semua pengurus GBC, mereka harus selalu berhati-hati karena mentalitas seperti ini tidak akan memberikan peningkatan. Setiap orang seharusnya sangat ingin melayani, belajar bagaimana caranya melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam, Maka hidup akan sukses.
Jadi penyakit itu sudah ada sejak awal dimulai dari Brahmā terus menurun sampai kepada seekor semut. Prahlāda Mahārāja telah memahami yang namanya saja kedudukan bergengsi yang keliru dari menjadi seorang tuan. Ia berkata bahwa, "Hamba cukup sadar atas hal yang keliru ini. Mohon sibukkan hamba...." Nija-bhṛtya-pārśvam. Nija-bhṛtya-pārśvam berarti sama halnya dengan magang. Magang, seorang yang sedang magang diikut-sertakan kepada seorang yang ahli. Segera sesudahnya, sang pemagang itu belajar mengenai bagaimana caranya melakukan hal-hal tersebut. Karenanya ia berkata, nija-bhṛtya-pārśvam. "Tidaklah dengan seketika hamba menjadi pelayan yang ahli, tetapi biarkan hamba ...." Lembaga kita ini dimaksudkan untuk tujuan itu. Jika seseorang datang ke mari, hanya untuk mendapatkan fasilitas hotel secara gratis dan akomodasi untuk tidur secara gratis, maka kedatangannya ke dalam pergaulan ini tidak ada gunanya. Ia harus belajar bagaimana caranya untuk melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam. Mereka yang melayani, mereka ..... Seseorang seharusnya belajar darinya mengenai bagaimana caranya sehingga ia bisa melayani selama duapuluh empat jam sehari ; maka kemudian keikut-sertaannya sebagai anggota di dalam lembaga ini akan sukses. Dan jika kita menerima itu hanya sebagai, "Ini ada sebuah lembaga di mana kita bisa mendapatkan fasilitas hotel gratis, tempat tinggal gratis dan kebebasan untuk memuaskan indria-indria," maka kemudian lembaga ini akan tercemar. Berhati-hatilah. Semua pengurus GBC, mereka harus selalu berhati-hati karena mentalitas seperti ini tidak akan memberikan peningkatan. Setiap orang seharusnya sangat ingin melayani, belajar bagaimana caranya melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam, Maka hidup akan sukses.


Terimakasih banyak.  
Terimakasih banyak.  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 16:31, 12 October 2018



Lecture on SB 7.9.24 -- Mayapur, March 2, 1976

Inilah gagasannya, yaitu untuk menjadi pelayan dan pelayan wanita. Inilah peradaban manusia yang ideal. Bahwa setiap wanita seharusnya berusaha untuk menjadi pelayan wanita dari suaminya, dan setiap pria seharusnya berusaha untuk menjadi seratus kali pelayan Kṛṣṇa. Ini adalah peradaban India, bukanlah bahwa "Suami dan istri, kita memiliki hak yang sama." Di Eropa, Amerika, sedang berlangsung gerakan ini yaitu, "Persamaan Hak." Itu bukanlah peradaban Veda. Peradaban Veda menyatakan bahwa sang suami seharusnya menjadi seorang pelayan Kṛṣṇa yang tulus, dan sang istri seharusnya menjadi pelayan wanita yang tulus dari sang suami.

Karenanya hal itu dinyatakan di sini, upanaya māṁ nija-bhṛtya-pārśvam. (SB 7.9.24). Ini adalah pergaulan yang terbaik, ketika Nārada Muni sedang menjelaskan tentang bagaimana seorang pria seharusnya bersikap, bagaimana seorang wanita seharusnya bersikap ...... Kita sekarang mendiskusikan apa yang ada di dalam dctaphone-tape kita. Kamu akan mendengarnya. Bahwa tidak ada yang namanya menjadi tuan itu. Itu sama sekali tidak berguna. Kamu tidak bisa menjadi tuan. Ahaṅkāra-vimūḍhātmā kartāham iti manyate. (BG 3.27). Kamu tidak bisa menjadi tuan. Jīvera svarūpa haya nitya kṛṣṇa dāsa. (CC Madhya 20.108-109). Baik pria maupun wanita, semuanya adalah pelayan dari Kṛṣṇa. Kita harus dilatih di dalam tataran tersebut, bagaimana caranya untuk menjadi pelayan yang terbaik, bukan hanya menjadi pelayan secara langsung, tetapi menjadi pelayan dari pelayan. Ini disebut sebagai pelayan paramparā. Guru kerohanianku adalah pelayan dari guru kerohanian beliau, dan aku juga adalah pelayan dari guru kerohanianku. Sama halnya, kita berpikir mengenai, "pelayan dari pelayan." Tidak ada yang namanya menjadi ..... Ini adalah penyakit. (CC Madhya 13.80).

kṛṣṇa bhuliya jīva bhoga vāñchā kāre
pāsate māyā tāre jāpatīyā dhāre

Begitu kita menjadi berbangga diri - "Sekarang aku akan menjadi tuan. Aku hanya akan memberikan perintah saja. Aku tidak akan mengikuti siapapun." - itu adalah māyā.

Jadi penyakit itu sudah ada sejak awal dimulai dari Brahmā terus menurun sampai kepada seekor semut. Prahlāda Mahārāja telah memahami yang namanya saja kedudukan bergengsi yang keliru dari menjadi seorang tuan. Ia berkata bahwa, "Hamba cukup sadar atas hal yang keliru ini. Mohon sibukkan hamba...." Nija-bhṛtya-pārśvam. Nija-bhṛtya-pārśvam berarti sama halnya dengan magang. Magang, seorang yang sedang magang diikut-sertakan kepada seorang yang ahli. Segera sesudahnya, sang pemagang itu belajar mengenai bagaimana caranya melakukan hal-hal tersebut. Karenanya ia berkata, nija-bhṛtya-pārśvam. "Tidaklah dengan seketika hamba menjadi pelayan yang ahli, tetapi biarkan hamba ...." Lembaga kita ini dimaksudkan untuk tujuan itu. Jika seseorang datang ke mari, hanya untuk mendapatkan fasilitas hotel secara gratis dan akomodasi untuk tidur secara gratis, maka kedatangannya ke dalam pergaulan ini tidak ada gunanya. Ia harus belajar bagaimana caranya untuk melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam. Mereka yang melayani, mereka ..... Seseorang seharusnya belajar darinya mengenai bagaimana caranya sehingga ia bisa melayani selama duapuluh empat jam sehari ; maka kemudian keikut-sertaannya sebagai anggota di dalam lembaga ini akan sukses. Dan jika kita menerima itu hanya sebagai, "Ini ada sebuah lembaga di mana kita bisa mendapatkan fasilitas hotel gratis, tempat tinggal gratis dan kebebasan untuk memuaskan indria-indria," maka kemudian lembaga ini akan tercemar. Berhati-hatilah. Semua pengurus GBC, mereka harus selalu berhati-hati karena mentalitas seperti ini tidak akan memberikan peningkatan. Setiap orang seharusnya sangat ingin melayani, belajar bagaimana caranya melayani. Nija-bhṛtya-pārśvam, Maka hidup akan sukses.

Terimakasih banyak.