ID/Prabhupada 0269 - Melalui Penafsiran Yang Kurang Ajar Kamu Tidak Bisa Memahami Bhagavad-gītā: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0269 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1973 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 7: Line 7:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0268 - Tidak Seorangpun Bisa Memahami Kṛṣṇa Tanpa Menjadi Seorang Penyembah Kṛṣṇa|0268|ID/Prabhupada 0270 - Setiap Orang Memiliki Kecenderungan Alamiahnya Masing-masing|0270}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 15: Line 18:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|PJMwhXcXX8w|Melalui Penafsiran Yang Kurang Ajar Kamu Tidak Bisa Memahami Bhagavad-gītā<br />- Prabhupāda 0269}}
{{youtube_right|U-WYIAD6l4M|Melalui Penafsiran Yang Kurang Ajar Kamu Tidak Bisa Memahami Bhagavad-gītā<br />- Prabhupāda 0269}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/730816BG.LON_clip5.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/730816BG.LON_clip5.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 27: Line 30:


<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
Jadi, berusahalah untuk memahami Kṛṣṇa sebagai Hṛṣīkeśa. Hṛṣīkeśa, Kṛṣṇa, mulai tertawa karena, "Ia adalah temanKu, rekan yang kekal, dan betapa lemahnya dirinya. Pada awalnya ia sangat antusias untuk memintaKu menempatkan keretanya, senayor ubhayor madhye. Dan sekarang viṣīdantan, sekarang ia berkeluh kesah." Jadi, ........ kita semua adalah orang yang bodoh seperti itu. Arjuna bukanlah orang yang bodoh. Arjuna telah diuraikan sebagai Guḍākeśa. Bagaimana ia bisa menjadi bodoh? Ia hanya sedang memainkan peranan sebagai orang yang bodoh. Jika ia tidak berperan sebagai orang yang bodoh, bagaimana Bhagavad-gītā ini akan bisa disabdakan dari mulut Śrī Kṛṣṇa? Dan karena ia adalah seorang penyembah, maka ia memainkan perannya itu dengan sempurna, sehingga Kṛṣṇa bisa memberikan petunjuk. Jadi, ada guru yang sempurna dan ada murid yang sempurna, Arjuna. Kita harus belajar dari mereka ........... Kedudukan kita ..... Arjuna berperan sebagai orang biasa seperti kita, dan Kṛṣṇa sebagai  Hṛṣīkeśa, memberikan nasihatNya, nasihat yang sempurna. Jika kita menerimanya, jika kita membaca Bhagavad-gītā di dalam semangat pemahaman sebagaimana yang dilakukan oleh Arjuna, sang murid yang sempurna, dan jika kita menerima nasihat serta petunjuk dari Kṛṣṇa, sang guru yang sempurna, maka kita seharusnya menyadari bahwa kita sudah memahami Bhagavad-gītā. Dengan hanya melalui angan-angan pikiran, melalui penafsiran yang kurang ajar dan dengan memamerkan kesarjanaan seseorang saja, kamu tidak bisa memahami Bhagavad-gītā. Itu mustahil. Kamu haruslah tunduk hati. Karenanya di dalam Bhagavad-gītā dikatakan, tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā. ([[Vanisource:BG 4.34|BG 4.34]]). Jadi, kita haruslah berserah diri sebagaimana Arjuna, ia juga berserah diri. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam : ([[Vanisource:BG 2.7|BG 2.7]]). "Hamba berserah diri kepada Anda. Hamba menjadi murid Anda." Menjadi murid itu berarti berserah diri, secara sukarela menerima petunjuk, nasihat serta perintah dari guru kerohanian. Jadi, Arjuna telah menerima hal tersebut. Walaupun ia berkata bahwa na yotsye, "Kṛṣṇa, saya tidak akan bertempur." Namun karena sang penguasa, saat Beliau menjelaskan segala sesuatunya, maka ia menjadi mau bertempur. Itulah perintah dari sang Penguasa atau Guru. Ketika ia tidak mau bertempur, maka itu merupakan pemuasan indria-indrianya sendiri saja. Dan ketika ia memutuskan untuk bertempur, meskipun ia tidak berkeinginan untuk bertempur, maka itu merupakan kepuasan dari sang penguasa. Inilah keseluruhan serta intisari dari Bhagavad-gītā.  
Jadi, berusahalah untuk memahami Kṛṣṇa sebagai Hṛṣīkeśa. Hṛṣīkeśa, Kṛṣṇa, mulai tertawa karena, "Ia adalah temanKu, rekan yang kekal, dan betapa lemahnya dirinya. Pada awalnya ia sangat antusias untuk memintaKu menempatkan keretanya, senayor ubhayor madhye. Dan sekarang viṣīdantan, sekarang ia berkeluh kesah." Jadi, ........ kita semua adalah orang yang bodoh seperti itu. Arjuna bukanlah orang yang bodoh. Arjuna telah diuraikan sebagai Guḍākeśa. Bagaimana ia bisa menjadi bodoh? Ia hanya sedang memainkan peranan sebagai orang yang bodoh. Jika ia tidak berperan sebagai orang yang bodoh, bagaimana Bhagavad-gītā ini akan bisa disabdakan dari mulut Śrī Kṛṣṇa? Dan karena ia adalah seorang penyembah, maka ia memainkan perannya itu dengan sempurna, sehingga Kṛṣṇa bisa memberikan petunjuk. Jadi, ada guru yang sempurna dan ada murid yang sempurna, Arjuna. Kita harus belajar dari mereka ........... Kedudukan kita ..... Arjuna berperan sebagai orang biasa seperti kita, dan Kṛṣṇa sebagai  Hṛṣīkeśa, memberikan nasihatNya, nasihat yang sempurna. Jika kita menerimanya, jika kita membaca Bhagavad-gītā di dalam semangat pemahaman sebagaimana yang dilakukan oleh Arjuna, sang murid yang sempurna, dan jika kita menerima nasihat serta petunjuk dari Kṛṣṇa, sang guru yang sempurna, maka kita seharusnya menyadari bahwa kita sudah memahami Bhagavad-gītā. Dengan hanya melalui angan-angan pikiran, melalui penafsiran yang kurang ajar dan dengan memamerkan kesarjanaan seseorang saja, kamu tidak bisa memahami Bhagavad-gītā. Itu mustahil. Kamu haruslah tunduk hati. Karenanya di dalam Bhagavad-gītā dikatakan, tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā. ([[ID/BG 4.34|BG 4.34]]). Jadi, kita haruslah berserah diri sebagaimana Arjuna, ia juga berserah diri. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam : ([[ID/BG 2.7|BG 2.7]]). "Hamba berserah diri kepada Anda. Hamba menjadi murid Anda." Menjadi murid itu berarti berserah diri, secara sukarela menerima petunjuk, nasihat serta perintah dari guru kerohanian. Jadi, Arjuna telah menerima hal tersebut. Walaupun ia berkata bahwa na yotsye, "Kṛṣṇa, saya tidak akan bertempur." Namun karena sang penguasa, saat Beliau menjelaskan segala sesuatunya, maka ia menjadi mau bertempur. Itulah perintah dari sang Penguasa atau Guru. Ketika ia tidak mau bertempur, maka itu merupakan pemuasan indria-indrianya sendiri saja. Dan ketika ia memutuskan untuk bertempur, meskipun ia tidak berkeinginan untuk bertempur, maka itu merupakan kepuasan dari sang penguasa. Inilah keseluruhan serta intisari dari Bhagavad-gītā.  


Jadi Kṛṣṇa, melihat Arjuna, viṣīdantam, yang sangat terpengaruh dan menjadi berkeluh kesah, sehingga ia menjadi tidak siap untuk melaksanakan kewajibannya. Karenanya di dalam sloka berikutnya, Beliau berkata bahwa, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase : ([[Vanisource:BG 2.11|BG 2.11]]) "Arjuna yang baik, kamu adalah temanKu. Tidak apa-apa, māyā memang sungguh sangatlah kuatnya. Meskipun kamu adalah teman dekatKu, namun kamu sangat dibingungkan oleh rasa belas kasih yang keliru. Jadi dengarkanlah Aku." Karenanya Beliau berkata, aśocyān, "Kamu mengeluhkan sesuatu yang sama sekali tidak berguna." Aśocya. Śocya berarti keluh kesah, dan aśocya berarti seseorang hendaknya tidak berkeluh kesah. Aśocya. Jadi, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase. "Tapi kamu berbicara seperti seperti seseorang yang sangat terpelajar." Karena Arjuna sudah berbicara, dan yang dibicarakannya itu semuanya benar. Apa yang dikatakan oleh Arjuna, bahwa varṇa-saṅkara, ketika kaum wanita menjadi tercemar, maka para penduduk menjadi varṇa-saṅkara, itu merupakan suatu kenyataan. Apapun yang telah dikatakan oleh Arjuna kepada Kṛṣṇa untuk menghindari pertempuran, semuanya itu benar. Namun dari tataran spiritual ...... Hal-hal itu semua bisa benar atau bisa juga keliru, namun dari tataran spiritual, semua hal itu tadi tidak terlalu dianggap serius. Karenanya, aśocyān anvaśocas tvam. Karena keluh kesahnya itu ada dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan. Konsep kehidupan yang didasarkan atas badan itu dipersalahkan, sebagaimana telah diperintahkan oleh Kṛṣṇa pada awalnya. Aśocyān anvaśocas tvam : ([[Vanisource:BG 2.11|BG 2.11]]) "Kamu berkeluh kesah dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan." Karena siapapun yang ada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan, maka ia tidaklah lebih baik dari binatang.  
Jadi Kṛṣṇa, melihat Arjuna, viṣīdantam, yang sangat terpengaruh dan menjadi berkeluh kesah, sehingga ia menjadi tidak siap untuk melaksanakan kewajibannya. Karenanya di dalam sloka berikutnya, Beliau berkata bahwa, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase : ([[ID/BG 2.11|BG 2.11]]) "Arjuna yang baik, kamu adalah temanKu. Tidak apa-apa, māyā memang sungguh sangatlah kuatnya. Meskipun kamu adalah teman dekatKu, namun kamu sangat dibingungkan oleh rasa belas kasih yang keliru. Jadi dengarkanlah Aku." Karenanya Beliau berkata, aśocyān, "Kamu mengeluhkan sesuatu yang sama sekali tidak berguna." Aśocya. Śocya berarti keluh kesah, dan aśocya berarti seseorang hendaknya tidak berkeluh kesah. Aśocya. Jadi, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase. "Tapi kamu berbicara seperti seperti seseorang yang sangat terpelajar." Karena Arjuna sudah berbicara, dan yang dibicarakannya itu semuanya benar. Apa yang dikatakan oleh Arjuna, bahwa varṇa-saṅkara, ketika kaum wanita menjadi tercemar, maka para penduduk menjadi varṇa-saṅkara, itu merupakan suatu kenyataan. Apapun yang telah dikatakan oleh Arjuna kepada Kṛṣṇa untuk menghindari pertempuran, semuanya itu benar. Namun dari tataran spiritual ...... Hal-hal itu semua bisa benar atau bisa juga keliru, namun dari tataran spiritual, semua hal itu tadi tidak terlalu dianggap serius. Karenanya, aśocyān anvaśocas tvam. Karena keluh kesahnya itu ada dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan. Konsep kehidupan yang didasarkan atas badan itu dipersalahkan, sebagaimana telah diperintahkan oleh Kṛṣṇa pada awalnya. Aśocyān anvaśocas tvam : ([[ID/BG 2.11|BG 2.11]]) "Kamu berkeluh kesah dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan." Karena siapapun yang ada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan, maka ia tidaklah lebih baik dari binatang.  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 02:52, 12 July 2019



Lecture on BG 2.10 -- London, August 16, 1973

Jadi, berusahalah untuk memahami Kṛṣṇa sebagai Hṛṣīkeśa. Hṛṣīkeśa, Kṛṣṇa, mulai tertawa karena, "Ia adalah temanKu, rekan yang kekal, dan betapa lemahnya dirinya. Pada awalnya ia sangat antusias untuk memintaKu menempatkan keretanya, senayor ubhayor madhye. Dan sekarang viṣīdantan, sekarang ia berkeluh kesah." Jadi, ........ kita semua adalah orang yang bodoh seperti itu. Arjuna bukanlah orang yang bodoh. Arjuna telah diuraikan sebagai Guḍākeśa. Bagaimana ia bisa menjadi bodoh? Ia hanya sedang memainkan peranan sebagai orang yang bodoh. Jika ia tidak berperan sebagai orang yang bodoh, bagaimana Bhagavad-gītā ini akan bisa disabdakan dari mulut Śrī Kṛṣṇa? Dan karena ia adalah seorang penyembah, maka ia memainkan perannya itu dengan sempurna, sehingga Kṛṣṇa bisa memberikan petunjuk. Jadi, ada guru yang sempurna dan ada murid yang sempurna, Arjuna. Kita harus belajar dari mereka ........... Kedudukan kita ..... Arjuna berperan sebagai orang biasa seperti kita, dan Kṛṣṇa sebagai Hṛṣīkeśa, memberikan nasihatNya, nasihat yang sempurna. Jika kita menerimanya, jika kita membaca Bhagavad-gītā di dalam semangat pemahaman sebagaimana yang dilakukan oleh Arjuna, sang murid yang sempurna, dan jika kita menerima nasihat serta petunjuk dari Kṛṣṇa, sang guru yang sempurna, maka kita seharusnya menyadari bahwa kita sudah memahami Bhagavad-gītā. Dengan hanya melalui angan-angan pikiran, melalui penafsiran yang kurang ajar dan dengan memamerkan kesarjanaan seseorang saja, kamu tidak bisa memahami Bhagavad-gītā. Itu mustahil. Kamu haruslah tunduk hati. Karenanya di dalam Bhagavad-gītā dikatakan, tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā. (BG 4.34). Jadi, kita haruslah berserah diri sebagaimana Arjuna, ia juga berserah diri. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam : (BG 2.7). "Hamba berserah diri kepada Anda. Hamba menjadi murid Anda." Menjadi murid itu berarti berserah diri, secara sukarela menerima petunjuk, nasihat serta perintah dari guru kerohanian. Jadi, Arjuna telah menerima hal tersebut. Walaupun ia berkata bahwa na yotsye, "Kṛṣṇa, saya tidak akan bertempur." Namun karena sang penguasa, saat Beliau menjelaskan segala sesuatunya, maka ia menjadi mau bertempur. Itulah perintah dari sang Penguasa atau Guru. Ketika ia tidak mau bertempur, maka itu merupakan pemuasan indria-indrianya sendiri saja. Dan ketika ia memutuskan untuk bertempur, meskipun ia tidak berkeinginan untuk bertempur, maka itu merupakan kepuasan dari sang penguasa. Inilah keseluruhan serta intisari dari Bhagavad-gītā.

Jadi Kṛṣṇa, melihat Arjuna, viṣīdantam, yang sangat terpengaruh dan menjadi berkeluh kesah, sehingga ia menjadi tidak siap untuk melaksanakan kewajibannya. Karenanya di dalam sloka berikutnya, Beliau berkata bahwa, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase : (BG 2.11) "Arjuna yang baik, kamu adalah temanKu. Tidak apa-apa, māyā memang sungguh sangatlah kuatnya. Meskipun kamu adalah teman dekatKu, namun kamu sangat dibingungkan oleh rasa belas kasih yang keliru. Jadi dengarkanlah Aku." Karenanya Beliau berkata, aśocyān, "Kamu mengeluhkan sesuatu yang sama sekali tidak berguna." Aśocya. Śocya berarti keluh kesah, dan aśocya berarti seseorang hendaknya tidak berkeluh kesah. Aśocya. Jadi, aśocyān anvaśocas tvaṁ prajña-vādāṁś ca bhāṣase. "Tapi kamu berbicara seperti seperti seseorang yang sangat terpelajar." Karena Arjuna sudah berbicara, dan yang dibicarakannya itu semuanya benar. Apa yang dikatakan oleh Arjuna, bahwa varṇa-saṅkara, ketika kaum wanita menjadi tercemar, maka para penduduk menjadi varṇa-saṅkara, itu merupakan suatu kenyataan. Apapun yang telah dikatakan oleh Arjuna kepada Kṛṣṇa untuk menghindari pertempuran, semuanya itu benar. Namun dari tataran spiritual ...... Hal-hal itu semua bisa benar atau bisa juga keliru, namun dari tataran spiritual, semua hal itu tadi tidak terlalu dianggap serius. Karenanya, aśocyān anvaśocas tvam. Karena keluh kesahnya itu ada dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan. Konsep kehidupan yang didasarkan atas badan itu dipersalahkan, sebagaimana telah diperintahkan oleh Kṛṣṇa pada awalnya. Aśocyān anvaśocas tvam : (BG 2.11) "Kamu berkeluh kesah dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan." Karena siapapun yang ada di dalam konsep kehidupan yang didasarkan atas badan, maka ia tidaklah lebih baik dari binatang.