ID/Prabhupada 0360 - Kita Tidak Mendekati Kṛṣṇa Secara Langsung. Kita Harus Memulai Pelayanan Kita Kepada Pelayan Kṛṣṇa

Revision as of 03:00, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.9.42 -- Mayapur, March 22, 1976

Jadi di sini, ko nu atra te akhila-guro bhagavan prayāsa. Jadi, setiap orang memerlukan sejumlah upaya ekstra untuk membantunya, tetapi Kṛṣṇa tidak memerlukan upaya seperti itu. Itulah Kṛṣṇa. Beliau bisa melakukan apapun yang disukaiNya. Beliau tidak bergantung kepada yang lain. Orang lain bergantung kepada persetujuan Kṛṣṇa, tetapi Kṛṣṇa tidak memerlukan persetujuan siapapun. Karena itu Prahlāda Mahārāja berkata, bhagavan prayāsa. Prayāsa, hal ini disarankan untuk tidak dilakukan, khususnya bagi para penyembah. Seseorang seharusnya tidak melaksanakan urusan yang membutuhkan upaya yang sangat keras untuk melaksanakannya. Tidak. Kita seharusnya hanya melaksanakan hal-hal sederhana yang masih mungkin saja.

Tentu saja, seorang penyembah akan mengambil resiko. Seperti halnya Hanumān. Ia adalah pelayan dari Tuhan Rāmacandra. Jadi, Tuhan Rāmacandra menginginkan keterangan mengenai Sītādevi. Lalu, Hanumān tidak mempertimbangkan, "Bagaimana caranya aku akan pergi ke sisi lain dari lautan ini, ke Laṅka?" Ia hanya percaya kepada Tuhan Rāmacandra, "Jaya Rāma," lalu ia melompat. Rāmacandra harus membangun sebuah jembatan. Tentu saja, jembatan itu juga sangat ajaib karena para pasukan kera membawakan batu-batu, lalu mereka lalu melemparkan batu-batu itu ke dalam laut, tetapi batu-batu itu tetap mengapung. Jadi, di mana hukum gravitasinya? Eh? Batu itu mengapung di atas air. Hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh para ilmuwan. Tetapi Tuhan Rāmacandra menginginkan hal itu, dan batu-batu itu menjadi mengapung. Jika tidak, maka berapa banyak batu yang harus dilemparkan ke dalam laut untuk bisa mencapai ketinggian yang bisa dipergunakan sebagai jembatan?

Oh, hal itu mustahil. Tetapi itu mungkin, segala sesuatunya dimungkinkan, dan Rāmacandra, Tuhan Rāmacandra menginginkan bahwa, "Biarlah hal itu disederhanakan saja. Biarkan para kera membawakan batu-batu itu dan batu-batu itu akan mengapung di atas air. Lalu kemudian kita akan pergi menyeberang." Jadi sebenarnya, Beliau bisa saja langsung pergi menyeberang, tetapi Beliau menginginkan sedikit pelayanan dari para kera. Ada sangat banyak pasukan kera. Baro baro badare, baro baro peṭ, laṅka diṅgake, mata kare het. Ada sangat banyak kera, tetapi tidak ada yang memiliki kemampuan sama seperti Hanumān. Karena itu mereka juga diberikan kesempatan bahwa, "Kalian bawakanlah batu-batu. Kalian tidak bisa melompati samudera seperti Hanumān, jadi, bawakanlah batu-batu, dan Aku akan meminta agar batu-batu itu mengapung."

Jadi, Kṛṣṇa bisa melakukan apapun. Aṅgāni yasya sakalendriya-vṛttimanti. Beliau bisa melakukan apa saja. Kita tidak bisa melakukan apapun tanpa kemurahan hatiNya. Karenanya, Prahlāda Mahārāja memohon bahwa, "Jika Anda berkenan berbelas kasih kepada kami, maka itu bukanlah hal yang sulit bagi Anda, karena Anda bisa melakukan apapun yang Anda sukai. Karena Anda adalah penyebab dari segala ciptaan, pemeliharaan dan peleburan, maka hal itu tidaklah sulit bagi Anda."

Di samping itu, mūḍheṣu vai mahad-anugraha ārta-bandho Umumnya, mereka yang adalah ārta-bandhu, mereka yang adalah sahabat dari umat manusia yang sedang menderita, mereka itu secara khusus memperlihatkan kemurahan hati kepada para mūḍha, kepada para bajingan. Kṛṣṇa datang untuk tujuan tersebut, karena setiap orang dari kita adalah para mūḍha. Duṣkṛtino. Na māṁ duṣkṭtino mūḍhāḥ prapadyante. Secara normal, karena kita ini penuh dengan dosa, karena kita adalah para mūḍha, maka kita tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa. Na māṁ prapadyante. Seseorang yang tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa, maka ia digolongkan sebagai duṣkṛtina, mūḍha, narādhamā, māyayāpahṛta-jñānā. Sama sekali tidaklah mungkin untuk menjadi bebas dan terpisah dari keinginan Kṛṣṇa. Itu adalah hal yang mustahil. Karena itu mereka yang berusaha untuk bekerja secara terpisah, tanpa karunia dari Kṛṣṇa, maka mereka semuanya adalah para mūḍha, para bajingan. Mereka tidak akan menerima apa yang dikatakan oleh Kṛṣṇa, dan mereka sedang berusaha untuk membuat hukum-hukum sendiri tanpa Kṛṣṇa. "Tidak diperlukan adanya Tuhan." Inilah yang dikatakan oleh mereka, yang semuanya adalah para ilmuwan. "Saat ini kita memiliki ilmu pengetahuan. Kita bisa melakukan apa saja." Mereka itu adalah para mūḍha. Tetapi hal itu tidaklah dimungkinkan. Kamu tidak bisa melakukan apapun secara terpisah tanpa karunia dari Kṛṣṇa.

Jadi, hal yang terbaik adalah untuk selalu berusaha memohon karunia dari Kṛṣṇa. Dan kamu tidak bisa mencari karunia dari Kṛṣṇa secara langsung.. Itu juga adalah hal lain yang perlu diperhatikan. Kiṁ tena te priya-janān anusevatāṁ naḥ. Kamu tidak bisa langsung melompat kepada Kṛṣṇa tanpa memperoleh karunia dari penyembahNya. Yasya prasādād bhagavat-prasādaḥ. Kamu tidak bisa mendapatkan karunia dari Bhagavān secara langsung. Itu merupakan kebodohan yang lain lagi. Kamu harus mencarinya melalui pelayan Kṛṣṇa.

Gopī-bhartur pada-kamalayor dāsa-dāsa-dāsānudāsaḥ. Inilah proses kita. Kita tidak mendekati Kṛṣṇa secara langsung. Kita harus memulai pelayanan kita kepada pelayan Kṛṣṇa. Dan siapakah pelayan Kṛṣṇa itu? Ia adalah seseorang yang sudah menjadi pelayan dari pelayan Kṛṣṇa lainnya. Ini disebut sebagai dāsa-dāsānudāsa. Tidak seorangpun bisa menjadi pelayan Kṛṣṇa secara terpisah. Itu juga merupakan kebodohan lainnya. Kṛṣṇa tidak pernah menerima pelayanan langsung dari siapapun. Tidak. Itu mustahil. Kamu harus datang melalui para pelayan dari pelayan. (CC Madhya 13.80). Hal ini disebut sebagai sistem paramparā. Sebagaimana kamu menerima pengetahuan melalui sistem paramparā ...... Kṛṣṇa menyampaikan kepada Brahmā, Brahmā menyampaikan kepada Nārada, Nārada menyampaikan kepada Vyāsadeva, dan kemudian kita mendapatkan pengetahuan ini. Seperti halnya Kṛṣṇa... Bhagavad-gītā juga disabdakan oleh Kṛṣṇa kepada Arjuna.

Jadi, jika kita menghentikan proses pemahaman sebagaimana proses tersebut telah dilakukan oleh Arjuna, maka kamu tidak akan pernah bisa memahami Kṛṣṇa atau Tuhan. Itu adalah hal yang mustahil. Kamu harus menerima proses tersebut sebagaimana Arjuna juga telah menerimanya. Arjuna juga berkata bahwa, "Hamba menerima Anda, Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Vyāsadeva telah menerima, Asita telah menerima, Nārada telah menerima." Hal yang sama. Kita harus menerima Kṛṣṇa. Tetapi kita tidak bisa memahami secara langsung. Karenanya para bajingan ini, yang berusaha untuk memahami Kṛṣṇa secara langsung melalui penafsiran-penafsiran, maka mereka semua itu adalah para bajingan. Mereka tidak bisa memahami Kṛṣṇa. Mungkin ia adalah orang besar, hebat, yang namanya saja ...... Tetapi tidak seorangpun merupakan orang yang hebat. Mereka itu juga adalah, sa vai .... Śva-viḍ-varāhoṣṭra-kharaiḥ saṁstutaḥ puruṣaḥ paśuḥ. (SB 2.3.19). Puruṣaḥ paśuḥ. Orang-orang besar dan hebat ini, yang sangat didewa-dewakan oleh sejumlah bajingan, para pemimpin besar itu, mereka itu apa sebenarnya? Karena mereka bukanlah penyembah Kṛṣṇa, maka mereka tidak bisa memimpin. Mereka itu hanya sedang menyesatkan.

Karena itu kita menganggap mereka semua sebagai para bajingan. Itulah kriterianya. Pergunakanlah satu kriteria ini. Apapun yang ingin kamu pelajari dari seseorang, pertama-tama ketahuilah terlebih dahulu apakah orang itu seorang penyembah Kṛṣṇa ataukah bukan. Jika bukan, maka janganlah menerima satu pelajaranpun darinya. Kita tidak menerima pelajaran apapun dari seseorang yang hanya bisa berkata, "Bisa jadi," "Mungkin," yang seperti itu. Tidak. Kita tidak menginginkan ilmuwan atau ahli matematika yang seperti itu. Tidak. Seseorang yang memahami Kṛṣṇa, seseorang yang adalah penyembah Kṛṣṇa, seseorang yang menjadi penuh dengan kebahagiaan hanya dengan mendengarkan tentang Kṛṣṇa, maka kamu belajarlah darinya. Jika tidak seperti itu, maka semuanya itu hanyalah bajingan.

Terimakasih banyak.