ID/Prabhupada 0535 - Kita Para Makhluk Hidup, Kita Tidak Pernah Mati Dan Kita Tidak Pernah Menerima Kelahiran

Revision as of 03:18, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Janmastami Lord Sri Krsna's Appearance Day Lecture -- London, August 21, 1973

Yang Mulia Komisaris Utama, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya sekalian, Aku sangat berterimakasih atas kedatangan kalian ke sini serta atas partisipasi kalian dalam upacara ini, Janmāṣṭamī, kemunculan Kṛṣṇa. Pokok bahasan yang sedang akan aku sampaikan adalah mengenai kemunculan Kṛṣṇa. Kṛṣṇa berkata di dalam Bhagavad-gītā,

janma karma me divyaṁ
yo jānāti tattvataḥ
tyaktvā dehaṁ punar janma
naiti mām eti kaunteya
(BG 4.9)

Adalah kenyataan bahwa kita bisa mencapai tingkatan kehidupan yang seperti itu, ketika kita bisa menghentikan kelahiran serta kematian kita .... Sa 'mṛtatvāya kalpate. Pagi ini, aku sudah menjelaskan mengenai śloka ini,

yaṁ hi na vyathayanty ete
puruṣaṁ puruṣarsabha
sama-duḥkha-sukhaṁ dhīraṁ
so 'mṛtatvāya kalpate
(BG 2.15)

Amrtatva berarti keabadian. Jadi, di dalam peradaban modern ini, mereka itu tidak memiliki gagasan, entah apakah mereka itu adalah sang filsuf agung, sang politikus yang terkenal atau sang ilmuwan yang hebat, bahwa adalah memungkinkan utuk mencapai tingkatan kekal tersebut. Amṛtatva. Kita semua adalah amṛta. Di dalam Bhagavad-gītā dikatakan, na jāyate na mrīyate vā kadācin. Kita para makhluk hidup, kita tidak pernah mati dan kita tidak pernah menerima kelahiran. Nityaḥ śāśvato yaṁ, na hanyate hanyamāne śarīre. (BG 2.20). Setiap orang dari kita, semuanya adalah kekal, nityaḥ śāśvato; purāṇa, yang paling tua. Dan sesudah peleburan dari badan ini, kita tidaklah mati. Na hanyate. Badan ini mungkin sudah berakhir, tetapi aku harus menerima badan yang lain lagi. Tathā dehāntara prāptir dhīras tatra na muhyati. Dehino 'smin yathā dehe kaumāraṁ yauvanaṁ jarā. (BG 2.13).

Saat ini, mereka sangat kekurangan akan pengetahuan akan hal yang sederhana ini, bahwa kita, para makhluk hidup, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kṛṣṇa, bahwa kita ini kekal, kita ini penuh kebahagiaan dan kita ini penuh dengan pengetahuan. Kṛṣṇa diuraikan di dalam kesusastraan Veda sebagai berikut,

īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ
sac-cid-ānanda-vigrahaḥ
anādir ādir govindaḥ
sarva-kāraṇa-kāraṇam
(Bs. 5.1)

Sac-cid-ānanda-vigrahaḥ. Tuhan, Kṛṣṇa, ketika aku mengatakan Kṛṣṇa maka yang dimaksudkan adalah Tuhan. Jika ada nama yang penting ...... Tuhan, terkadang dikatakan bahwa Tuhan tidak memiliki nama. Itu adalah kenyataannya. Namun nama Tuhan diberikan sesuai dengan kegiatan-kegiatanNya. Seperti halnya karena Kṛṣṇa setuju untuk menjadi putera Mahārāja Nanda, atau Yaśodāmāyī, atau Devakī, atau Vasudeva. Vasudeva dan Devakī adalah ayah dan ibu kandung Kṛṣṇa. Sebenarnya, tidak ada seorangpun yang merupakan ayah dan ibu kandung Kṛṣṇa, karena justru Beliaulah yang merupakan ayah yang sejati dari setiap orang. Tetapi saat Kṛṣṇa datang, saat Beliau muncul, maka Beliau menerima sejumlah penyembah sebagai ayahNya, sebagai ibuNya. Kṛṣṇa adalah ādi-puruṣaṁ, yang sejati. Ādyaṁ purāṇa-puruṣam nava-yauvanaṁ ca. (Bs. 5.33). Beliau adalah pribadi yang asli. Lalu, jika demikian seharusnya Beliau nampak sangat tua? Tidak. Adyam purāṇa puruṣam nava-yauvanam ca. Beliau selalu berwujud sebagai seorang pemuda yang segar. Itulah Kṛṣṇa.