ID/Prabhupada 1073 - Sudah Begitu Lama Kita Tidak Menghentikan Kecenderungan Untuk Menguasai Alam Material: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 1073 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1966 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 10: Line 10:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 1072 - Tinggalkan Dunia Material Ini Dan Dapatkan Kehidupan Kekal Kita Di Kerajaan Yang Abadi|1072|ID/Prabhupada 1074 - Semua Penderitaan Yang Kita Alami Di Dunia Material Ini - Semuanya Disebabkan Oleh Badan Ini|1074}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 18: Line 21:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|h6PY9S27t8c|Sudah Begitu Lama Kita Tidak Menghentikan Kecenderungan Untuk Menguasai Alam Material<br/>- Prabhupāda 1073}}
{{youtube_right|nby6ksq2cqI|Sudah Begitu Lama Kita Tidak Menghentikan Kecenderungan Untuk Menguasai Alam Material<br/>- Prabhupāda 1073}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>File:660220BG-NEW_YORK_clip17.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/660220BG-NEW_YORK_clip17.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 31: Line 34:
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->


Dii dalam Bab 15 dari Bhagavad-gītā, telah disajikan gambaran yang sebenarnya dari dunia material ini. Dikatakan di sana bahwa :  
Di dalam Bab 15 dari Bhagavad-gītā, telah disajikan gambaran yang sebenarnya dari dunia material ini. Dikatakan di sana bahwa :  


<div class="quote_verse">
<div class="quote_verse">
Line 38: Line 41:
:chandāṁsi yasya parṇāni
:chandāṁsi yasya parṇāni
:yas taṁ veda sa veda-vit
:yas taṁ veda sa veda-vit
:([[Vanisource:BG 15.1|BG 15.1]])
:([[ID/BG 15.1|BG 15.1]])
</div>
</div>


Line 48: Line 51:
:dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair
:dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair
:gacchanty amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat
:gacchanty amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat
:([[Vanisource:BG 15.5|BG 15.5]])
:([[ID/BG 15.5|BG 15.5]])
</div>
</div>


Padam avyayam itu, yaitu kerajaan yang abadi itu, dapat dicapai oleh seseorang yang nirmāna-mohā. Nirmāna-mohā. Nirmāna berarti kita sedang mengejar sebutan-sebutan. Kita menginginkan sebutan-sebutan tersebut secara keliru. Ada orang yang ingin menjadi tuan, ada orang yang ingin menjadi penguasa, ada orang yang ingin menjadi presiden atau ada orang yang ingin menjadi seorang yang kaya raya, dan ada orang yang ingin menjadi sesuatu yang lain lagi, menjadi raja. Semua sebutan ini, sudah begitu lama kita terikat pada semua sebutan-sebutan ini... Karena bagaimanapun juga semua sebutan ini mengacu kepada badan, sedangkan kita bukanlah badan ini. Ini adalah konsep pertama dari keinsyafan spiritual. Jadi seseorang haruslah tidak memiliki ketertarikan kepada sebutan. Dan jita-saṅga-doṣā, saṅga-doṣā. Sekarang ini kita sedang ada di dalam hubungan dengan tiga macam sifat-sifat alam, dan jika kita bisa menjadi terlepas melalui pelayanan bhakti kepada Tuhan... Sudah begitu lama kita tidak tertarik kepada pelayanan bhakti kepada Tuhan sehingga kita tidak bisa terlepas dari ketiga macam sifat-sifat alam tersebut. Karena itu Tuhan berkata, vinivṛtta-kāmāḥ, sebutan-sebutan atau keterikatan-keterikatan ini muncul akibat nafsu kita, keinginan kita. Kita ingin menguasai alam material. Jadi, sudah begitu lama kita tidak menghentikan kecenderungan untuk menguasai alam material, maka sampai saat itu pula tidak ada kemungkinan untuk pulang kembali ke kerajaan Tuhan, sanātana-dhāma. Dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair gacchanty amūḍhāḥ, amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat ([[Vanisource:BG 15.5|BG 15.5]]). Kerajaan yang kekal itu, yang tidak pernah dileburkan seperti dunia material ini, dapat dicapai oleh amūḍhāḥ. Amūḍhāḥ berarti yang tidak dibingungkan, seseorang yang tidak dibingungkan oleh daya tarik kenikmatan yang palsu. Dan seseorang yang berada di dalam pelayanan bhakti yang utama kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang tepat untuk mencapai kerajaan kekal tersebut. Dan kerajan kekal tersebut tidak memerlukan matahari, bulan ataupun daya listrik. Itulah sekilas gambaran mengenai cara pencapaian pada kerajaan yang kekal.
Padam avyayam itu, yaitu kerajaan yang abadi itu, dapat dicapai oleh seseorang yang nirmāna-mohā. Nirmāna-mohā. Nirmāna berarti kita sedang mengejar sebutan-sebutan. Kita menginginkan sebutan-sebutan tersebut secara keliru. Ada orang yang ingin menjadi tuan, ada orang yang ingin menjadi penguasa, ada orang yang ingin menjadi presiden atau ada orang yang ingin menjadi seorang yang kaya raya, dan ada orang yang ingin menjadi sesuatu yang lain lagi, menjadi raja. Semua sebutan ini, sudah begitu lama kita terikat pada semua sebutan-sebutan ini... Karena bagaimanapun juga semua sebutan ini mengacu kepada badan, sedangkan kita bukanlah badan ini. Ini adalah konsep pertama dari keinsyafan spiritual. Jadi seseorang haruslah tidak memiliki ketertarikan kepada sebutan. Dan jita-saṅga-doṣā, saṅga-doṣā. Sekarang ini kita sedang ada di dalam hubungan dengan tiga macam sifat-sifat alam, dan jika kita bisa menjadi terlepas melalui pelayanan bhakti kepada Tuhan... Sudah begitu lama kita tidak tertarik kepada pelayanan bhakti kepada Tuhan sehingga kita tidak bisa terlepas dari ketiga macam sifat-sifat alam tersebut. Karena itu Tuhan berkata, vinivṛtta-kāmāḥ, sebutan-sebutan atau keterikatan-keterikatan ini muncul akibat nafsu kita, keinginan kita. Kita ingin menguasai alam material. Jadi, sudah begitu lama kita tidak menghentikan kecenderungan untuk menguasai alam material, maka sampai saat itu pula tidak ada kemungkinan untuk pulang kembali ke kerajaan Tuhan, sanātana-dhāma. Dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair gacchanty amūḍhāḥ, amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat ([[ID/BG 15.5|BG 15.5]]). Kerajaan yang kekal itu, yang tidak pernah dileburkan seperti dunia material ini, dapat dicapai oleh amūḍhāḥ. Amūḍhāḥ berarti yang tidak dibingungkan, seseorang yang tidak dibingungkan oleh daya tarik kenikmatan yang palsu. Dan seseorang yang berada di dalam pelayanan bhakti yang utama kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang tepat untuk mencapai kerajaan kekal tersebut. Dan kerajan kekal tersebut tidak memerlukan matahari, bulan ataupun daya listrik. Itulah sekilas gambaran mengenai cara pencapaian pada kerajaan yang kekal.
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 04:03, 12 July 2019



660219-20 - Lecture BG Introduction - New York


Di dalam Bab 15 dari Bhagavad-gītā, telah disajikan gambaran yang sebenarnya dari dunia material ini. Dikatakan di sana bahwa :

ūrdhva-mūlam adhaḥ-śākham
aśvatthaṁ prāhur avyayam
chandāṁsi yasya parṇāni
yas taṁ veda sa veda-vit
(BG 15.1)

Sekarang, dunia material ini diuraikan di dalam Bab ke limabelas dari Bhagavad-gītā sebagai sebuah pohon yang memiliki akar yang mengarah ke atas, ūrdhva-mūlam. Pernahkah kamu melihat sebuah pohon yang memiliki akar yang mengarah ke atas? Kita pernah melihat pohon yang seperti ini, yang akarnya mengarah ke atas, melalui pantulan. Jika kita berdiri di tepi sebuah sungai atau sebuah danau, kita bisa melihat bahwa pohon-pohon yang ada di tepi danau dipantulkan di atas permukaan air sebagai pohon dengan batang yang mengarah ke bawah dan akarnya mengarah ke atas. Jadi dunia material ini pada kenyataannya merupakan suatu pantulan dari dunia spiritual. Seperti halnya pantulan dari pohon di tepi danau yang nampaknya terbalik demikian juga halnya, dunia material ini, ia disebut sebagai bayangan. Bayangan. Dan di dalam suatu bayangan tidak pernah bisa ada kenyataan di dalamnya, namun pada saat yang bersamaan, dari bayangan tersebut kita bisa memahami bahwa ada sesuatu yang nyata. Suatu contoh dari bayangan misalnya., bayangan air di padang gurun, yang memberi kesan bahwa di padang gurun yang tidak terdapat air, tetapi seolah-olah ada air di sana. Sama halnya, di dalam pantulan dari dunia spiritual, atau di dalam dunia material ini, tidak diragukan lagi, tidak terdapat kebahagiaan, tidak ada air. Namun air yang sejati, atau kebahagian yang sebenarnya, terdapat di dalam dunia spiritual. Tuhan memberi arahan bahwa seseorang harus mencapai dunia spiritual tersebut dengan bersikap sebagai berikut, nirmāna-mohā.

nirmāna-mohā jita-saṅga-doṣā
adhyātma-nityā vinivṛtta-kāmāḥ
dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair
gacchanty amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat
(BG 15.5)

Padam avyayam itu, yaitu kerajaan yang abadi itu, dapat dicapai oleh seseorang yang nirmāna-mohā. Nirmāna-mohā. Nirmāna berarti kita sedang mengejar sebutan-sebutan. Kita menginginkan sebutan-sebutan tersebut secara keliru. Ada orang yang ingin menjadi tuan, ada orang yang ingin menjadi penguasa, ada orang yang ingin menjadi presiden atau ada orang yang ingin menjadi seorang yang kaya raya, dan ada orang yang ingin menjadi sesuatu yang lain lagi, menjadi raja. Semua sebutan ini, sudah begitu lama kita terikat pada semua sebutan-sebutan ini... Karena bagaimanapun juga semua sebutan ini mengacu kepada badan, sedangkan kita bukanlah badan ini. Ini adalah konsep pertama dari keinsyafan spiritual. Jadi seseorang haruslah tidak memiliki ketertarikan kepada sebutan. Dan jita-saṅga-doṣā, saṅga-doṣā. Sekarang ini kita sedang ada di dalam hubungan dengan tiga macam sifat-sifat alam, dan jika kita bisa menjadi terlepas melalui pelayanan bhakti kepada Tuhan... Sudah begitu lama kita tidak tertarik kepada pelayanan bhakti kepada Tuhan sehingga kita tidak bisa terlepas dari ketiga macam sifat-sifat alam tersebut. Karena itu Tuhan berkata, vinivṛtta-kāmāḥ, sebutan-sebutan atau keterikatan-keterikatan ini muncul akibat nafsu kita, keinginan kita. Kita ingin menguasai alam material. Jadi, sudah begitu lama kita tidak menghentikan kecenderungan untuk menguasai alam material, maka sampai saat itu pula tidak ada kemungkinan untuk pulang kembali ke kerajaan Tuhan, sanātana-dhāma. Dvandvair vimuktāḥ sukha-duḥkha-saṁjñair gacchanty amūḍhāḥ, amūḍhāḥ padam avyayaṁ tat (BG 15.5). Kerajaan yang kekal itu, yang tidak pernah dileburkan seperti dunia material ini, dapat dicapai oleh amūḍhāḥ. Amūḍhāḥ berarti yang tidak dibingungkan, seseorang yang tidak dibingungkan oleh daya tarik kenikmatan yang palsu. Dan seseorang yang berada di dalam pelayanan bhakti yang utama kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang tepat untuk mencapai kerajaan kekal tersebut. Dan kerajan kekal tersebut tidak memerlukan matahari, bulan ataupun daya listrik. Itulah sekilas gambaran mengenai cara pencapaian pada kerajaan yang kekal.